Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) merupakan satu dari sekian kebiasaan baru yang muncul karena adanya Pandemi. Banyak dari siswa harus merasakan pengalaman pertama kali menjalani proses belajar secara daring. Tak terkecuali bagi siswa yang belum akrab dengan si ponsel pintar pun harus tetap ikut beradaptasi karena ini bukan pilihan tapi keharusan.
Belajar dengan tatap muka di kelas tampaknya memang harus sedikit dipending gara-gara corona. Semuanya sudah pasti perihal kesehatan dan keselamatan anak. Namun bukan berarti PJJ tidak punya masalahnya sendiri. Tak hanya siswa bahkan mahasiswa pun harus berfikir ulang untuk mengikuti kegiatan perkuliahan daring.
Pengalaman semacam ini dapat berarti banyak bagi mahasiswa seperti saya. Pada sisi seberang, mahasiswa tak perlu lagi naik tangga kampus sampai berkali-kali setiap hari.
Dalam sisi yang berbeda, banyak istilah yang bergeser gara-gara corona. Misal, “telat”, dahulu didefiniskan ketika kamu dateng ke kelas melebihi jam seharusnya masuk kelas mata kuliah. Bagaimana kalau PJJ? Mungkin ‘telat’ diartikan saat kamu gak online saat seharusnya kamu mematikan alarm pertanda waktunya kuliah.
Bukan hanya itu saja, PJJ dengan berbagai kelebihanya juga tidak serta merta dianggap sesuatu ‘nyaman’ bagi semua mahasiswa. Bagi beberapa mahasiswa pembelajar,bisa jadi waktu luang di rumah adalah belajar yang sesungguhnya. Namun bagi beberapa lainya, PJJ bisa berarti hemat uang bensin dan makan.
Salah satu tugas dan kewajiban mahasiswa yang kena imbas gara-gara corona adalah masalah presentasi makalah. Presentasi seperti biasa memang perlu print out kertas dan mengeluarkan biaya terlebih kalau sudah datang telat. Bagaimana presentasi makalah ala PJJ? Tentu lebih efensien, praktis dan bisa multasking dengan pekerjaan lain. Jadi, Apa masalahnya?
Sebenarnya bukan jadi masalah umum namun bagi penulis ini sangat menganggu terlebih sebagai anak komunikasi. Presentasi makalah tapi ‘On camera sendiri’ rasanya seperti rekaman suara di studio sunyi.
Sang Pemakalah tak tau apa saja yang dilakukan oleh pedengarnya. Pemakalah ala PJJ lebih berperan sebagai Penyiar ketimbang penyampai pesan atau informasi. Walaupun tidak semua PJJ begitu, tapi bagi saya, lebih baik presentasi via ketik ketimbang bicara tanpa titik.
Salam.