Apa pun kemungkinan yang akan terjadi menjelang 2014 dapat dicover oleh pemosisian politik demikian. Lihat saja, sekarang sudah ada wacana ia dipasangkan dengan Megawati atau Prabowo atau Aburizal Bakrie dengan Jokowi sebagai cawapres. Jokowi enak mengelak di titik akhir dengan mengatakan ia tak berminat jadi cawapres karena fokus mengurus masalah Jakarta.
Sejak awal jokowi memang sudah mengambil positioning politik selalu nomor satu. Ogah nomor dua. Ini konsisten dijaganya sejak jadi Walikota Solo hingga saat ini. Muatan komunikasi politik demikian terlihat juga ketika ia dipancing-pancing jurnalis.
"Masak rengking satu jadi cawapres, rating tinggi cawapres, ini guyon loh," ujar Jokowi di Kantor Balai Kota, Jakarta, sebagaimana dikutip dari merdeka.com, Senin (18/3/2013) lalu.
Kemungkinan lain bisa saja terjadi pasca pileg. Bukan tak mungkin PDIP gagal memperoleh kursi 20 persen di DPR atau hanya 10 persen, misalnya. Kemungkinan mengajukan capres sendiri menjadi makin kecil karena harus koalisi dengan parpol lain. Dalam keadaan ini kemungkinan besar PDIP kembali menjadi oposisi seperti sebelumnya.
Andai kata terjadi hal lain, katakanlah, di titik akhir penentuan capres dari PDIP, yang ditunjuk Megawati sebagai capres PDIP adalah orang lain atau Megawati sendiri. Dengan asumsi perolehan kursi pileg PDIP mencapai 20% atau lebih. Pun, Jokowi enak jaga wibawa. Wong ia memang tak minat jadi capres (sekalipun sebenarnya minat).
Maklum saja. Penentuan capres dari internal PDIP merupakan hak mutlak ketua umum, Megawati Sukarnoputri. Jokowi tak bisa maju sebagai capres PDIP tanpa restu Megawati. Karenanya Jokowi mesti berpandai-pandai.
Kemungkinan lain, walau kecil, Jokowi benar-benar tak berminat nyapres 2014 mendatang. Tak berminat dari lubuk hati terdalam. Pernyataan 'gak mikir' sudah mewakili sikap politiknya.
Tulisan ini menepis kemungkinan Jokowi mau dicapreskan oleh parpol lain. Hal ini mengingat tindak-tanduk politik Jokowi selama ini sangat loyal pada partainya. Sehingga kecil kemungkinan ybs mau lompat pagar menyeberang ke partai lain.
Di atas semua itu, Jokowi menempatkan dirinya sebagai politisi yang terlihat tak ambisi pada jabatan. Berbeda dengan para politisi lainnya yang telah jauh-jauh hari menunjuk-nunjukkan diri, bahwa ia sebagai capres, bahkan sekalipun belum ada partai pengusungnya, atau belum jelas perolehan suara pileg partainya, atau belum tentu juga dicalonkan oleh partai incarannya.
Masih ada kemungkinan lain?
(SP)