Bukankah sudah jelas, haluan politik luar negeri Indonesia adalah Bebas Aktif. Tak memihak. Apa gak malu parpol Indonesia ikut campur memihak urusan politik dalam negeri Mesir, Palestina, dll?
Sebagaimana diketahui, hari ini, demo-demo terkait konflik politik di Mesir marak di seantero Indonesia, termasuk di Padang. Selebaran dan undangan telah berseliweran di media sosial Facebook, Twitter, BlackBerry Massenger, dll. Undangan demo tersebut bertajuk "Save Egypt, Save Human."
Kacaunya, demo-demo itu ikut diorganisir atau disemarakkan oleh aktivis-aktivis parpol, dalam hal ini PKS. Partai ini tak jemu-jemunya urusi politik negara asing, mulai dari Palestina sampai Mesir. Coba, adakah gerakan "Save Indonesia" atas berbagai korupsi, terorisme, dan konflik sektarian atas nama agama?
Kalau mau demo ya demo saja. Tapi tidak dengan mempolitisasi konflik politik di negara asing. Disebut mempolitisasi jika melibatkan parpol dan jaringan aktivis parpol dengan simbol-simbolnya.
Partai-partai yang konsen menggoreng isu politik asing buat meraih kekuasaan di Idonesia patut dicurigai nasionalismenya. Kuat dugaan sebagai upaya menaikkan citra partai pasca berbagai kasus yang melibatkan kader-kadernya.
Bagitupun peorganisasian bantuan-bantuan partikelir warga Indonesia bagi rakyat Mesir haruslah atas izin dan melalui pemerintah yang berkuasa di Mesir. Demikian etika pergaulan antar bangsa. Saat ini sudah ada gerakan-gerakan pengumpulan dana untuk konflik Mesir.
Pemberian bantuan keuangan bagi pihak yang bertikai di Mesir justru berpotensi memperpanjang konflik itu sendiri. Alih-alih membantu menyelesaikan konflik malah memanasi. Lah, apa manfaatnya buat Indonesia jika konflik Mesir berkepanjangan.
Kepentingan Indonesia di Mesir sangat banyak. Berapa ribu warga Indonesia yang bekerja di Mesir dan menjadi mahasiswa di berbagai universitas di Mesir. Jika konflik berkepanjangan maka yang rugi juga Indonesia. Makanya hindari jadi "kompor" bagi konflik politik negara asing.
(SP)