Ternyata, memang asyik. Berkomentar di sana-sini tak terasa sudah mamakan waktu jam-jaman. Tahu-tahu waktu sudah keburu malam dan harus segera tidur. Tahu-tahu waktu sudah mepet dan harus pergi menunaikan janji bertemu kawan atau klien. Jadinya, kebiasaan menulis rutin tanpa terasa otomatis terkurangi porsinya.
Asyiknya berkomentar, juga, karena sifatnya interaktif--langsung, cepat, singkat dan kadang melibatkan energi bertahan atau menyerang. Jika topik yang diperdebatkan sedang hot-hotnya, tak jarang standby klik Dashboar untuk mengetahui tautan komentar terdahulu, apa sudah ditanggapi atau belum. Ini yang berbeda rasanya saat menulis artikel utuh.
Saat aku menulis artikel utuh sifat pikiran fokus satu arah, perasaan agak dingin, dan seolah sedang bercakap-cakap dengan diri sendiri. Berbeda halnya denga menulis komentar. Justru bercapak-cakap langsung dua-arah dengan pihak lain. Dialog dan perdebatan kadang begitu menggebu, hangat, dan kadang pedas. Ini yang sekali lagi memompa adrenalin. Bikin semangat.
Dengan demikian jadi tahu, oh, begini ya rasanya intens beri komentar. Pantas saja beberapa teman justru lebih merasa nyaman memberi komentar di lapak orang lain dibandingkan menulis di lapak sendiri. Bahkan, ada yang memposisikan diri spesialis penulis komentar, seperti halnya Bung Har--sudah kutulis di sini kupasannya (HL tanggal 23 Juli 2012).
Hmm, boleh juga.