Saya sontak teringat awal kemunculan Abdullah al-Jakarti di Kompasiana. Ia menulis artikel-artikel sanggahan atau mendebat tulisan-tulisan Dewa Gilang. Hm, ya, kupikir beliau pasti juga mau berdiskusi atau setidaknya menjawab pertanyaan atau kritik jika disampaikan di kolom komentar yang sama.
Saya pun kemudian mengetik komentar, "kalau menuduh sebaiknya disebutkan sumbernya, dari mana dan siapa?". Ternyata tak ditanggapinya. Tunggu punya tunggu akhirnya muncul pesan di inbox saya yang menjawab kritik saya tersebut. Ha-ha-ha, rupanya Abdullah al-Jakarti ogah menjawab kritik atau pertanyaan saya (orang awam) secara terbuka di Kompasiana.
Saya kritik sikapnya itu via balasan inbox yang sama. Bahwa, konteks kritik atau pertanyaan (bernada mendebat) yang saya ajukan dalam kolom komentar lapak La Rosa, adalah supaya sumber (tuduhan) dapat ditelusuri. Bukan karena apa-apa. Sebaiknya komentar dijawab dengan komentar yang sama, tidak via inbox demikian. Maksud saya, supaya terjadi dialog yang mencerahkan bagi publik pembaca yang lebih luas. Bukankah etikanya, kalau melempar opini di ruang publik seperti media sosial maka harus siap dikritik atau didebat?
Atau, mungkin sekali ia tidak mau dialog atau didebat oleh 'orang awam'. Ya, siapa tahu saja. Sebab, de facto, Abdullah al-Jakarti tidak mau menjawab kritik atau pertanyaan via kolom komentar yang sama, ini malah menjawab via inbox. Saya juga mendasarkan pemahaman tersebut atas komentar ybs di lapak La Rosa seperti dikutip di bawah ini.
Bersabdalah Abdullah al-Jakarti di lapak La Rosa, "jika ia seorang ahli agama bicaralah tentang agama dan jangan berbicara apa yang tidak diketahui. Jika ia seorang ahli hukum, bicaralah tentang hukum dan jangan berbicara apa yang tidak ia ketahui."
Hmm, tak pelak Abdullah al-Jakarti sedang mempertahankan otoritas dari pihak lain yang coba-coba berbicara. Pasalnya, mustahil seorang muslim yang baik tidak mengetahui agamanya walau agak sedikit. Atau, seorang penulis aktif di Kompasiana mustahil tidak mengetahui hukum di negaranya walau agak sedikit.
Jam demi jam berlalu. Tahu-tahu artikel La Rosa tersebut mendapat tanggapan dari Zero Dark dengan artikel bertajuk "Islam Bukan Lembaga, Catatan untuk Pak Agung Webe" yang dipublish lewat tengah malam, Senin (13/8). Salah satu pencerahan yang kuperoleh dari artikel Zero Dark ini adalah kalimat sebagai berikut, yang seolah menjawab tesis Abdullah al-Jakarti tersebut di atas: