Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Rahasia di Balik Namaku

6 Juli 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 494 3
Namaku barangkali sudah pada tahu, Sutomo Paguci. Itu bukan nama sebenarnya. Nama sebenarnya adalah Sutomo saja. Jangan salah, nama Sutomo tersebut hanyalah sekedar nama hukum atau nama yang tercantum dalam dokumen sekolah dan dokumen kependudukan. Namaku yang asli bukan Sutomo. Bingung, bukan?

Sebelum kuceritakan nama asliku, mungkin baik kuceritakan dulu nama pena Sutomo Paguci tersebut. Paguci adalah akronim dari Padang Guci, itu nama marga tempat kelahiranku. Padang Guci adalah marga--bukan marga seperti di Batak melainkan semacam Nagari di Minangkabau, yang areanya lebih luas dibandingkan kecamatan. Merge Padang Guci, itu penyebutan dalam bahasa Melayu Besemah di kampungku. Merge dilafaskan seperti Meriam dan Gesit.

Padang Guci adalah Marga (Marga Padang Guci) di Kabupaten Kaur (dulu Kabupaten Bengkulu Selatan), Provinsi Bengkulu. Jika sudah sampai ke Padang Guci dan jalannya dibablaskan ke arah hulu akan tembus ke Pagaralam, Lahat, Sumatera Selatan. Orang Padang Guci aslinya pendatang dari berbagai daerah antara lain Kecamatan Lahat, Pesemah Air Keruh, dan Kota Pagaralam (Pasemah Lebar). Makanya suku di kampungku, Manausembilan, adalah Melayu Besemah (kadang disebut Pasemah). Jadi sukuku adalah Melayu Besemah/Pasemah.

Berhubung di dunia maya dan pergaulan sosial sangat banyak orang bernama Sutomo, maka kupakailah nama pergaulan dan sekaligus nama pena Sutomo Paguci. Sekedar memudahkan dalam pembedaan nama belaka. Habisnya, di buku telepon wilayah Padang saja bisa puluhan orang bernama Sutomo, apalagi di Jawa. Pasalnya, nama Sutomo adalah nama pasaran bagi orang Jawa.

Aku lahir bulan Nopember dan berdekatan dengan Hari Pahlawan 10 Nopember (boleh baca juga "Rahasia Usiaku"). Waktu itu, Bak (panggilan untuk Bapak) gemar mendengarkan siaran radio RRI dengan radio kecil merek "Cawang", yang kerap mengulang-ulang pidato Bung Tomo dalam membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo dalam perang mempertahankan kemerdekaan khususnya di Kota Surabaya.

Waktu itu Bak sudah memiliki empat anak (dua diantaranya sudah meninggal dunia) dan aku yang baru lahir adalah anak ke-5. Beliau bingung kasih nama apa. Akhirnya, sudah, kasih aja namanya Sutomo Minoto. Hehehe...namanya sangat Jawa.

Entah bagaimana ceritanya saat masuk sekolah, namaku hanya tertulis Sutomo saja. Demikian seterusnya hingga saat ini di semua dokumen sekolah dan kependudukan. Minoto seolah lenyap ditelan bumi. Raib tak tahu rimbanya.[]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun