Sebut saja pemberitaan foto korban kecelakaan yang sumbernya dari twitter dan BBM. Belakangan foto tersebut hanyalah hoax belaka, konon foto kecelakaan pesawat di India. Lantas kembali media rame-rame memberitakan bahwa foto tersebut palsu, padahal baru sehari diberitakan.
Ada lagi pemberitaan soal pilot pesawat yang ditemui tergantung di pohon dengan parasut. Belum ada konfirmasi kebenaran faktanya dari sumber identitas, tes DVI, yang valid, sumber kompeten, tapi sudah diberitakan. Tak pelak menimbulkan kecurigaan macam-macam, mengapa seorang pilot pesawat komersial dilengkapi parasut dan kursi pelontar? Kasak-kusuk berbagai kemungkinan bahkan teori konspirasi pun menyebar ke mana-mana.
Kemudian diproduksi lagi berita yang menyatakan kotak hitam (black box) SSJ 100 sudah ditemukan. Tapi berita-beritanya ada yang baru sebatas klaim, belum ada fotonya atau wartawan belum melihat fisik kotak hitam itu.
Di TVOne diberitakan temuan ELT SSJ 100 dan reporternya sudah menyimpulkan ELT tersebut sebagai "tidak kompetibel". Sedangkan belum ada pengujian teknis apakah benar ELT itu kompetibel atau tidak.
Belum lagi wawancara media pada para keluarga korban yang bukan menggali fakta melainkan menggali firasat, pertanda, isyarat-isyarat tertentu dari korban menurut persepsi keluarga. Makin mengharu birulah pemberitaan seolah telenovela.
Demikianlah berbagai berita seolah berpacu kecepatan dengan waktu (dan dengan iklan). Media nampak ingin sekali memberikan informasi secepat mungkin kepada pemirsa atau pembacanya. Sebagian ada yang benar. Namun ada juga yang bukan fakta yang diberitakan, melainkan rumor.
Salam orang daerah yang dibingungkan berita "SukhoiJatuh".[]