Memang demikianlah adanya. Kalimat pertama yang terlontar dari mulut saya ketika tiba di rumah sore ini adalah kalimat tanya: "Ma, sudah ada undangan untuk pileg tanggal 9 April?". Istri jawab sambil lalu: "Belum, pa." Waduh, H-2 belum juga dapat undangan?! Aku membatin.
Memang sih Ketua KPU sudah bilang enggak usah tunggu undangan. Andai tak dapat undangan tetap sajalah pergi ke TPS. Itu kata Ketua KPU. Kataku tidak demikian halnya. Ini kan pesta (demokrasi), kudu ada undangan dong. Masa datang-datang tanpa diundang, kayak orang kelaparan saja.
Padahal, kan, kita sudah pada paham walau ada yang pura-pura tak paham. Bahwa, dalam ajang pemilu di negeri ini, tiap lima tahunan itu, yang paling butuh suara bukan warga pemilih, tapi si caleg dan capres. Lah, mengapa pemilih tak dihargai? Kapan perlu diundang dengan iring-iringan kuda lumping.
Beberapa orang teman juga mengatakan hal serupa, bahwa mereka belum dapat undangan pada sore hari H-2 ini. Beberapa diantaranya bahkan mulai risau, jangan-jangan akan ada kecurangan. Kertas suara pemilih yang tak datang karena tak diundang bakal dicoblos di ruang gelap.
Baiklah, kawan. Akan kutunggu undangan sampai H-1, besok. Jika tak jua dapat undangan apa boleh buat. Ada 9 alasan untuk nyoblos, tapi cukup 1 alasan saja untuk golput.
(Sutomo Paguci)