Sudah hampir 80 tahun merdeka, namun rakyat Indonesia belum berhasil mencapai taraf sejahtera. Indikasinya, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui 19,4% penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Uniknya justru terjadi kesenjangan yang sangat dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini menyebabkan gizi buruk dan stunting. Guna meningkatkan taraf kesehatan rakyat miskin, Maka digulirkan program makanan bergizi gratis.
Pelaksanaan program yang mengambil porsi cukup besar dari APBN negara ini dimulai dengan pemilihan lokasi, daerah kantong-kantong kemiskinan tertinggi dan yang susah mendapatkan makanan bergizi. Kemudian baru ditentukan keluarga miskin yang menjadi prioritas adalah anak-anak dan ibu hamil.
Jenis makanan hendaknya memenuhi gizi, paling tidak harus terdiri dari nasi, sayur, buah-buahan, protein hewani dan susu. Pelaksanaannya dikelola bersama antara Pemerintah dan organisasi masyarakat dengan bantuan perusahaan swasta dan donatur.
Perusahaan swasta dan khususnya konglomerasi harus dilibatkan, agar mereka juga membantu dalam program ini. Janganlah mereka diam saja melihat dan mendengar jeritan rakyat miskin.
Program Makanan Bergizi Gratis ini memiliki manfaat karena dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kemiskinan, meningkatkan penyerapan pendidikan dengan lebih baik, mengurangi stunting pada masyarakat miskin.
Yang menjadi tantangan bagi keberhasilan program ini adalah keterbatasan dana. Pemerintah, wajib didukung oleh konglomerasi, perusahaan swasta dan donatur.
Juga keterbatasan sumber daya manusia pada pelaksanaannya, maka dibutuhkan banyak volunteer. Keterbatasan infrastruktur seperti logistik juga perlu menggunakan manajemen yang baik.
Dan yang terpenting, anggaran harus transparan, agar diketahui dengan jelas oleh masyarakat. Bila anggaran nilainya X, harus benar-benar diterima oleh masyarakat miskin senilai X juga. Jangan malahan sudah disunat, sehingga hanya menjadi Y, karena terjadi kebocoran di sana-sini.
Saat "kick off" mungkin masih lancar dan baik, karena semua mata tertuju pada program ini. Justru sesudah "kick off" diperlukan pengawasan melekat, agar jatah masyarakat miskin jangan diganggu oleh tikus-tikus pengerat yang mementingkan dirinya sendiri.
Mereka yang tertangkap melakukan kecurangan, wajib dihukum berat, agar yang lain tidak berani melakukannya.
Jadi, sudah saatnya bagi mereka yang berkelebihan untuk membantu saudaranya, sesama penduduk Indonesia guna mengentaskan kemiskinan, termasuk menghilangkan gizi buruk dan stunting.