Setelah turunnya keputusan pailitnya raksasa industri textile Sritex di Solo. Berturut-turut muncul informasi tutupnya beberapa industri textile di Indonesia. Yang masih sanggup bertahan, hanya melakukan pemangkasan karyawan.
Industri Textile adakah industri padat karya. Dengan banyaknya yang tutup, berarti akan timbul banyak pengangguran. Dan dampaknya akan berimbas kepada taeannya kamtibnas.
Disini coba dianalisa penyebabnya, seperti:
1. Usia mesin yang sudah tua
Penggunaan mesin tua menyebabkan industri tidak efisien dan kurang produktif.
2. Produk belum terintegrasi
Kebanyakan industri textile menjadi jagoan di bidangnya masing-masing, seperti spinning, weaving, atau produk akhir. Hal ini me menimbulkan ekonomi beaya tinggi.
3. Lemahnya manajemen rantai persediaan
Sistem logistik dan transportasi yang tidak efisien menjadi penyebabnya.
4. Tidak siap berkompetisi
Munculnya industri textile dari negara lain, seperti China, Vietnam dan Kamboja yang menawarkan kualitas produk yang sama dengan harga lebih murah menyebabkan produk Indonesia kurang bersaing di pasar global.
5. Peralihan selera pasar
Negara importir mulai beralih dari produk Hulu, seperti yarn, fabrikasi beralih ke produk Hilir seperti garment, barang jadi.
6. Ketergantungan pada impor
.
Bahan baku yang masih diimpor membuat industri beaya tinggi.
7. Kurangnya tenaga ahli
Timbulnya kelangkaan tenaga ahli khususnya yang menguasai manajemen dan teknologi.
8. Lemahnya mengadopsi teknologi
Karena mengutanakan padat karya, jadi terlena, lupa menggunakan otomasi.
9. Fluktuasi harga bahan baku
Sangat tergantung pada impor dan melemahnya nilai tukar Rupiah.
10. Beaya tinggi
Akibat masih menggunakan mesin kuno, yang membutuhkan daya listrik dan bahan bakar yang mahal.
11. Masalah tenaga kerja
Tiap tahun UMR naik, sehingga menimbulkan ekonomi beaya tinggi.
12. Tuntutan global dan lingkungan
Kepedulian terhadap lingkungan dan syarat industri yang eco friendly membutuhkan beaya tinggi untuk pengelolaan limbah industri.
Kurangnya dukungan dari Pemerintah, seperti:
1. Banyaknya regulasi
Birokrasi perijinan yang rumit, berakibat beaya tinggi.
2. Besarnya tarif resmi dan tidak resmi
Membuat harga produk kurang bersaing.
3. Terlambatnya dukungan Pemerintah
Saat Sritex dinyatakan pailit, barulah Pemerintah turun tangan namun sudah terlambat.
Rekomendasi bagi industri yang masih bertahan:
* Lakukan modernisasi
Baik pada mesin maupun teknologinya.
* Ikuti trend pasar
Beralih segera ke produk Hilir yang lebih diminati.
* Lakukan efisiensi pada rantai persediaan
Perbaiki manajemen logistik dan transportasi.
* Tingkatkan kemampuan SDM
Segera lakukan pelatihan.
* Pangkas regulasi
Pemerintah harus bekerja keras untuk meminimalisasi peraturan. Dan memberikan incentif pajak dan subsidi.
* Ikuti kenauan pasar
Dengan menciptakan produk yang eco friendly, baik pada bahan baku hingga proses.
* Bina kerjasama global
Tingkatkan kerjasama dengan membuat perjanjian bisnis yang saking menguntungkan.
Semoga industri textile masih dapat diselamatkan. Karena banyak periuk nasi keluarga sangat tergantung dari keberlangsungan industri ini.