Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ayo Meluruskan Sejarah

1 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:10 39 4

Sabtu, 30 November 2024, Kompas Institute mengajak kita semua untuk belajar membaca sejarah Indonesia. Bertempat di markas besar KKG di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. Diundang tiga narasumber, Peter Carey,  sejarahwan dan penulis, Etna Pattisina, jurnalis dan Aditya Kurniawan, seorang Komika.

Acara diskusi dibuka dengan "statement" bahwa pelajaran sejarah di sekolah adalah pelajaran yang membosankan, hanya menghafal tahun dan nama-nama tokoh.

Lalu moderator mulai mencecar Peter Carey dengan beberapa pertanyaan bernas.  Peter adalah seorang asing yang memiliki ketertarikan dengan Pangeran Diponegoro.

Peter berkisah saat masih berstatus mahasiswa di Prancis, sangat berambisi menjadi mahasiswa ter baik, karena akan memperoleh bea siswa ke Cornell. Peter mengajukan topik tentang pulau Jawa, dengan Daendels sebagai ikon sejarah yang membangun jalan raya Anyer-Panarukan.

Namun dosennya mengarahkan pada seorang bangsawan Jawa yang rela bergabung dengan rakyat jelata untuk melawan Belanda. Tokoh itu adalah Pangeran Diponegoro.

Maka Peter pergi ke Jawa dengan kapal, dan banyak bertemu dengan aneka suku di Indonesia di kapal. Mendarat di Teluk Betung dan hampir  meninggal dunia akibat usus buntu dan harus dioperasi di atas sungai Musi.

Setelah sembuh, Peter sempat ke Jogja yang saat itu masih dilingkari sawah. Juga melihat langsung penjara Pangeran Diponegoro di Makassar.

Di Makassar, Peter sempat menerima catatan Pangeran Diponegoro dari raja Gowa dan Peter membuktikan, bahwa sejarah banyak diputar balikkan oleh penguasa.

Menurutnya, saat Pangeran Diponegoro tinggal di pengasingan tidak tinggal di penjara bawah tanah, seperti yang banyak ditulis pada buku-buku sejarah. Karena Pangeran Diponegoro adalah seorang guru tasawuf. Yang menjadi panutan wong cilik terasosiasi dengan partai komunis atau sosialis, dan panutan agama terkait dengan PSI (Partai Syarikat Islam).

Apalagi Pangeran Diponegoro di bawah lindungan raja Gowa. Jadi, agak janggal bila disebutkan Pangeran Diponegoro tinggal di penjara bawah tanah.

Meluruskan sejarah akan menunjukkan integritas suatu bangsa.

Narasumber kedua, Etna Pattisina bercerita bahwa pada saat bersekolah paling benci sejarah. Akibatnya hanya menghafal untuk mendapatkan nilai baik, setelah itu ya lupa.

Kedekatan Etna pada sejarah, diawali saat mendapat penugasan meliput peristiwa 10 November di Surabaya.

Sempat mendengarkan pidato bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo. Kesimpulannya kekuatan ada pada individu.

Etna lalu sempat membuat komik perjuangan Indonesia "Rajawali". Yang sempat diterjemahkan ke bahasa Jepang, sehingga generasi muda Jepang mengetahui bahwa sikap tentara Jepang di Asia Tenggara tidak baik-baik saja.

Etna juga mempelajari Jendral Sudirman yang sederhana dan tahan menderita. Hasil temuannya, yang jarang diketahui umum, adalah  ketika Jendral Sudirman diminta tinggal di kraton Jogja bersama Presiden Soekarno, tidak bersedia dan memilih tinggal di gubug.

Etna yang akhirnya menjadi peneliti sejarah, mengatakan bahwa belajar sejarah supaya mengetahui tentang tokoh.

Etna juga meneliti tentang pahlawan wanita Laksamana Malahayati dari Aceh. Aceh adalah daerah yang tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun, karena memiliki pasukan gajah dan menjalin kerja sama dengan Ottoman.

Etna juga meneliti bahwa kerajaan di Indonesia yang disebut bangsa pelaut justru berhasil dijajah bangsa Eropa, karena kapalnya hanya kapal dagang. Sedangkan kapal bangsa Eropa dilengkapi dengan meriam.

Sebagai narasumber ketiga, Aditya mengakui sebagai narasumber yang paling tidak berkompeten. Aditya mulai tertarik sejarah, sejak membaca buku karya Peter tentang Inggris di Jawa.

Karena merasa tidak tahu sejarah, Aditya mulai belajar sejarah. Kita harus mempelajari sejarah, agar tidak mengulangi peristiwa buruk.

Aditya mensinyalir kurangnya rasa penasaran orang-orang pada sejarah sangat rendah. Maka agar sejarah digemari generasi muda, dapat didekati melalui fiksi.


Melalui sejarah, kita banyak memperoleh fakta menarik. Namun mempercayai mitos justru berbahaya.

Kita harus melihat konteks sejarah tidak berdasar hitam putih saja. Semua harus diungkap tanpa harus mencari pembenaran, siapa yang benar atau siapa yang salah.

Karena kita sudah memasuki era digital, maka meluruskan sejarah dapat dilakukan melalui banyak media, lewat media sosial, tulisan, film / video, atau situs web (website).

Kesimpulan diskusi, kita perlu membaca sejarah apa adanya. Tidak perlu ditutup-tutupi karena sejarah perlu mengungkapkan kenyataan, bukan mencari pembenaran atau menyalahkan sebuah peristiwa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun