Akibatnya, meski perdagangan budak saat itu legal, Chastelein yang mendatangkan budak dari Bali, akhirnya menghapus status budak. Bahkan dalam surat wasiatnya, Chastelein mewariskan tanah di Depok kepada 100 bekas budaknya, sedang anak kandung dan anak angkat resminya menerima warisan tanah di Batavia.
Kontroversi yang banyak beredar di internet, yang menyatakan bahwa Depok merdeka lebih dulu daripada Indonesia (yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945).
Alasan yang dipakai adalah Depok sudah mempunyai Presiden lebih dulu daripada Indonesia. Bahkan sudah memiliki 4 Presiden Jonathans, Laurens, Leander, dan Jonathans.
Bahkan Presiden Depok yang terakhir, yang menyatakan bergabung dengan NKRI pada tahun 1952 adalah Presiden ke 4.
Menurut seorang pakar sejarah Depok, yang merupakan keturunan langsung dari "Belanda Depok" bermarga Loen, yang sekaligus menjadi pemandu saat Click dan Kreatoria berkolaborasi mengadakan Jelajah Heritage ke Depok, tanggal 28 Oktober 2924, Boy Loen menjelaskan bahwa banyak informsi hoaks di internet.
Menurut Boy Loen sebagai salah satu keturunan langsung marga Loen dan sudah sering pergi ke Belanda, untuk mencari informasi tentang sejarah Depok dari keluarganya yang menetap di Belanda, Boy menjelaskan bahwa Pemerintahan di Depok bukanlah sebuah Republik, meski memiliki Presiden.
Pemerintahan praja atau Gemeente saat itu memang dijabat oleh seorang Presiden, didampingi seorang Sekretaris dan 3 Anggota. Jadi Presiden kekuasaannya sangar terbatas, mungkin setingkat dengan Kepala Desa saat ini. Dan tugasnya hanya mengatur masyarakat mengensi pertanian, dengan cara setiap panen, petani harus menyerahkan sejumlah beras kepada Pemerintah praja, yang disimpan pada lumbung di belakang kantor Gemeente untuk dibagikan kepsda rakyat niskin.
Jadi, Presiden disini sangat berbeda dengan Presiden era sekarang yang mengatur kedaulatan seluruh Indonesia.
Saat Jelajah Heritage ke Depok, kami sempat berkunjung ke rumah Presiden Depok terakhir, yang ditinggali dan dirawat oleh cucunya dan terletak di jalan Pemuda nomor 11, Depok (penomoran sekarang, dulu no. 7). Petunjuk paling mudah, rumah Presiden terakhir Depok berada tepat di depan Tugu peringatan 200 tahun Cornelis Chastelein atau di belakang rumah makan Padang.