Sejalan dengan program Presiden RI terpilih untuk perioda 2024-2029, telah dipersiapkan dan dilantik Ketua Badan Gizi Nasional Yang ditengarai akan berlanjut saat Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2024 mensatang.
Program Presiden adalah memberikan makan siang gratis kepada ibu-ibu hamil dan anak-anak usia sekolah. Tujuannya adalah untul mengikis gejala stunting pada ibu-ibu hamil dan rendahnya daya pikir anak-anak usia sekolah.
Saat ini program makan gratis ini juga sedang dikaji karena membutuhkan anggaran cukup besar. Karena program makan gratis bukan sekadar memberi makan saja, melainkan harus memberikan makanan yang bergizi tinggi, agar tujuan program untuk menghapus stunring dan meningkatkan kerja otak bagi generasi penerus dapat tercapai.
Manfaat gizii adalah untuk mencegah penuakit, pertumbuhan & perkembangan yang optimal, dan meningkatkan kualitas hidup.
Memberikan makanan bergizi tinggi akan membantu masyarakat khususnya memahami hubungan makanan yang dikonsumsi dengan risiko penyakit.
Ahli gizi bisa saja memiliki program yang ideal, dengan membuat menu makanan tiap hari yang sesuai dengan standar gizi.
Masalahnya tingkat ekonomi rakyat belum setara. Masih terjadi krtimpangan yang tinggi antara si kaya dan si muskin.
Bagi si kaya tentu mudah melaksanakan program gizi yang dicanangkan oleh Badan Gizi, tetapi golongan menengah apalagi miskin, apakah mampu mengikuti program yang dixanangkan. Untuk makan tiga kali sehari dengan lauk seadanya saja, masih sangat sulit. Kebanyakan mereka masih sering berpuasa menahan lapar. Hanya mengganjal perut dengan air minum, atau mengkonsimsi karbo hidrat berlebihan, misal nasi putih dengan lauk mie cepat saji. Yang jelas-jelas sangat melanggar aturan gizi dan kurang sehat secara teori kesehatan.
Ironisnya, Badan Gizi mudah saja mencanangkan menu makanan bergizi. Tapi apakah Badan Gizi sanggup member menu makanan bergizi dengan pendapatan masyarakat yang minim atau pas-pasan saja.
Memang hal kemoskinan adalah pekerjaan rumah terberat untuk diselesaikan Pemerintah. Hal ini masih ditemukan di kota-kota besar, apalagi bila kira melihat keadaan di desa-desa dan pedalaman. Suasananya sangat memillukan. Jangankan memilih makananan bergizi, untik makan seadanya saja mereka masih kesulitan.
Badan Gizi boleh saja dibentuk, tetapi masalah kemiskinan harus diberantas secara nyata, jangan hanya melihat angka statistik belaka.
Bila kemiskinan dapat dilenyapkan, barulah rakyat secara bertahap sanggup menerapkan gizi pada makanan yang dikonsumsi atau diasup.
Bila masalah ini diidentikkan dengan problem "telur atau ayam dulu". Maka masalah yang perlu dituntaskan adalah memberantas kemiskinan. Setelah rakyat menjadi sedikit bertambah sejahtera, barulah program Badan Gizi mampu dijalankan.
Karena bila masalah kemiskinan tidak diberantas terlebih dulu, dikawatirkan program Badan Gizi hanya akan menjadi retorika belaka.