Salah satu museum yang patut disarankan atau direkomendasikan adalah Museum Naskah Proklamasi.
Museum ini terletak di jalan Imam Bonjol, Jakarta, tidak jauh dari Taman Suropati.
Dari tampak depan, rumah ini tidak tampak sebagai museum, bahkan tampak seperti rumah biasa.
Memang ini rumah kediaman Laksamana Maeda, seorang perwira AL Jepang pada tahun 1945.
Saat itu tahun 1945, issue Jepang kalah perang karena Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh sekutu sangatlah dirahasiaksn, namun para pemuda Indonesia yang aktif mendengarkan siaran radio luar negeri dapat mendengar berita itu.
Mereka khawatir bila Jepang kalah perang, maka Belanda akan masuk lagi ke Indonesia. Maka kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamirkan. Itulah sebabnya para pemuda mendesak Ir. Soekarno, Hatta, dan Achmad Subardjo untuk menyusun naskah proklamasi.
Karena hari sudah malam, sangat sulit untuk mencari tempat. Untunglah Laksamana Maeda yang sangat pro Republik bersedia meminjamkan rumahnya. Lalu para pemuda itu melngadakan rapat di rumah itu.
Agar naskah proklamasi dapat tersusun dengan cepat, diusulkan dikerjakan oleh tiga orang, Ir. Soekarno, Hatta, dan Achmad Subardjo.
Maka mereka bertiga membuat konaep naskah proklamasi di meja makan rumah Laksamana Maeda.
Konsep yang dibuat diatas kertas biasa dan penuh coetan itu harus diketik rapi. Dengan mesin ketik pinjaman, Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi dengan didampingi BM Diah.
Setelah selesai diketik, langsung ditanda tangani oleh Soekarno & Hatta newakili seluruh bangsa Indonesia diatas sebuah piano.
Mejs makan, konsep naskah proklamasi, diorama pengetikan foto peserta rapat, dan piano bisa kita lihat di Munasprok.
Agar pengunjung dapat lebih jelas memahami momen-momen yang terjadi saat itu terdapat film dokumenter yang bisa disaksikan.
Rumah berlantai dua ini masih memprrtahankan bentuk kamar tidur dan kanar mandi di lantai dua. Tangga rumah juga masih kokoh yang dapat dinaiki pengunjung.
Di halaman belakang rumah, kita bisa menemukan bunker, atau tempat penyimpanan di bawah tanah, yang digunakan untuk menyimpan dokumen penting.
Pada hari-hari menjelang 17 Agustus, sering dipentaskan drama perjuangan kemerdekaam di sini.