Indonesia saat ini mencanangkan program Indonesia Emas pada tahun 2045, artinya Indonesia akan bermetamorfosa dari negara berkembang menjadi negara maju. Hal ini pernah dicapai oleh Jepang pada era 1980-an, tetapi karena salah kebijakan justru menimbulkan dampak sosial ekonomi sejak 1990-an hingga sekarang.
Contohnya baru-baru ini terdengar kabar, Honda menutup pabriknya. Bahkan, kalau kita menengok barang-barang yang kita gunakan di rumah / apartemen, kini sudah tidak banyak produk Jepang. Seperti mobil, kulkas, AC, mesin cuci, televisi, dan gawai. Sudah banyak digantikan oleh produk-produk dari China atau Korea Selatan.
Dimana letak kesalahan kebijakan di Jepang ?
1. Kependudukan
Dikabarkan Indonesia akan mengalami demografi positif pada 2030-2045, dimana jumlah tenaga kerja produktif akan memuncak. Nah, hal ini harus disetarakan dengan adanya lowongan kerja. Bila tenaga kerja produktif menganggur justru skan berbahaya.
Hal ini yang terjadi di Jepang saat ini. Sejak era samurai, Jepang mengenal budaya bushido, yaitu kesetiaan dan pengabdian, serta menghargai senioritas. Akibatnya, banyak kaum lansia yang masih bekerja hingga usia 70 tahun. Dampaknya, tenaga kerja muda menjadi frustrasi, meski sudah bekerja mati-matian, yang dihargai tetap seniornya. Dan tenaga kerja muda tidak pernah bisa naik jabatan, kecuali seniornya meninggal dunia.
Karena kehidupan kaum senior lebih baik, akibat jaminan sosial yang diberikan oleh Pemerintah, akibatnya jumlah kematian menurun. Sehingga kini sepertiga jumlah penduduk Jepang adalah kaum lansia.
Hal ini diperparah dengan kondisi sosial generasi muda yang enggan berkeluarga dan berkeluarga tanpa anak. Akibatnya jumlah penduduk Jepang makin lama makin menurun dan bisa punah.
2. Anti sosial
Dengan tidak berkeluarga, diperparah lagi dengan sikap anti sosial. Generasi muda cenderung menyendiri.
Hal ini diimplementasikan dengan gila kerja, bekerja hingga 80 jam per minggu, bekerja tanpa upah lembur, hanya berkumpul dengan boss dan teman kerjanya sampai larut malam, sehingga kita sering melihat anak muda tertidur di kantor, di stasiun kereta api atau di jalanan.
Yang lebih ekstrim lagi meninggal di tempat kerja (karoshi), akibat kelelahan karena bekerja melebihi kemampuannya.
Kebiasaan anti sosial ini diperparah lagi dengan unculnya sifat menyendiri di rumah, enggan berkomunitas (hikikomori).
3. Ekonomi cenderung menurun
Munculnya pesaing negara lain dengan harga yang lebih murah. Anggaran jaminan sosial yang membengkak, akibat naiknya jumlah lansia.
Hal ini yang membuat perekonomian Jepang cenderung stagnan dan menurun. Karena pemasukan berkurang, akibatnya hutang Pemerintah makin besar.
Warga Jepang juga sangat berhemat, rajin menabung, hingga perekonomian menurun karena tidak terjadi perputaran uang. Tidak ada transaksi (konsumtif), tidak ada investasi, tidak ada kaum muda mau berwiraswasta, dan pemasukan pajak menurun terus.
Wajah kehidupan sosial di Jepang ini perlu diwaspadai, agar jangan ada kesalahan kebijakan dari Pemerintah. Mari rencanakan yang lebih baik untik kemajuan bangsa kita di masa depan.