Dikabarkan sekarang harga tiket pesawat udara di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Bila hal ini benar, tentunya pangsa pasar transportasi udara pastilah sangat besar.
Karena di dalam hukum bisnis selalu berlaku permintaan yang besar, akan membuat harga tinggi. Harga tinggi bisa juga disebabkan karena terbatasnya jumlah pesawat udara yang dioperasikan.
Kita masih ingat pada awal tahun 2000-an, harga tiket pesawat udara di Indonesia sangat murah. Bahkan hampir sama dengan harga tiket kereta api atau bus executive. Bahkan bandara diberitakan sudah sangat kotor dan sibuk seperti terminal bus. Warga Indonesia yang termasuk golongan menengah pun sudah menikmati murahnya tiket pesawat udara. Dengan masuknya maskapai LCC (Low Cost Carrier). Bahkan transportasi lain makin menurun jumlah penumpangnya akibat kalah bersaing dengan pesawat udara.
Meski kendala keterlambatan masih menjadi issue yang menarik, namun kita masih senang naik pesawat udara, karena total waktu perjalanan lebih singkat. Walaupun sudah ditambah waktu ke bandara yang lebih awal guna menghindari kemacetan lalu lintas. Sehingga muncul ide untuk membuat kereta api bandara agar tidak terlambat datang di bandara.
Namun kondisi paska dunia penerbangan dibuat porak poranda oleh Covid-19, akibat orang jarang bepergian, tiket pesawat udara yang naik tinggi tidak kunjung turun-turun setelah Covid dinyatakan mereda.
Banyak faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat udara tinggi, karena sekarang maskapai penerbangan menempatkan dirinya pada pangsa pasar atas, seperti halnya berdagang di mall bukan di pasar tradisional. Karena sewa lahan di mall mahal, akibatnya tiket pesawat menjadi mahal pula.
Lagipula warga menengah sekarang lebih puas menggunakan transportasi non udara, bisa kereta api (sudah nyaman tersedia, dan selalu tepat waktu) atau bus (nyaman tersedia sleep chair, juga tidak berbeda jauh dengan pesawat udara, akibat sudah makin tersambungnya jalan bebas hambatan dari ujung Barat hingga ujung Timur pulau Jawa, bahkan tidak di jalur Utara saja, jalur Selatan juga sudah mulus).
Karena target pasarnya adalah kalangan atas, maka layanan juga pasti lebih baik, maka sudah sepantasnya harga tiket pesawat udara sekarang tinggi.
Faktor lain yang menyebabkan harga tiket pesawat udara tinggi adalah jarangnya sebuah kota yang memiliki secondary airport. Dengan hanya memiliki primary airport akibatnya harga sewa lahan bandara menjadi tinggi, karena banyaknya pesawat membuat pengelola bandara menaikkan sewa lahan dan tidak melihat lagi, apakah yang menyewa maskapai FSC (Full Service Carrier) atau LCC. Harga sewa sama.
Jadi bagi maskapai LCC sebaiknya memilih jalur yang tidak dilakukan oleh maskapai FSC agar harga tiket masih dapat bersaing.
Contoh jangan mengambil jalur Jakarta-Surabaya, Jakarta-Denpasar, atau Jakarta-Medan yang merupakan jalur gemuk. Coba ambil jalur Jakarta-Malang atau Jakarta-Banyuwangi.
Maskapai LCC harus bersaing dalam jalur berbeda, jangan bersaing dengan jalur yang sama, karena beaya operasionalnya pasti akan sama (mendekati) beaya operasional maskapai FSC.
Solusi alternatif lainnya, gunakan hukum pasar. Bila permintaan bertambah, tambah jumlah kursi (seat), dengan membeli pesawat baru atau bekas yang masih laik pakai. Yang penting jadual pemeliharaan jharus disiplin. Karena transportasi udara menyangkut jumlah penumpang yang banyak dan selalu ingin selamat selama perjalanan.
Setelah mengetahui rahasia ini, terserah kita mau tetap menggunakan transportasi udara dengan harga tiket tinggi. Atau bermigrasi ke moda transportasi lain yang lebih murah. Toh total waktu sudah hampir sama.
Happy traveling !