Hari ini, 5 Desember, ada apa tanggal ini? Kenapa tanggal ini sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak?
Karena Indonesia pernah menjadi jajahan Belanda selama 350 tahun, maka banyak budaya asal Belanda yang ikut dirayakan di Indonesia.
Salah satunya adalah tradisi merayakan kedatangan Santa Claus atau Sinterklaas dalam bahasa Belanda. Sejak dulu anak-anak Belanda selalu merayakan kedatangan Sinterklaas tiap tanggal 5 Desember. Menurut tradisi perayaan kedatangan Sinterklaas berupa kehadiran seorang bertubuh tinggi besar berjanggut putih mengenalkan jubah keuskupan berwarna merah dan membawa tongkat keuskupan. Tiap kehadirannya selalu didampingi seorang abdinya yang berkulit hitam bernama Zwarte Piet. Zwarte Piet membawa dua karung besar dan seikat sapu lidi. Karung pertama berisikan hadiah dari Sinterklaas untuk anak-anak yang berkelakuan baik. Hadiah berupa mainan atau permen kesukaan anak-anak. Sementara karung kedua kosong, bila menemukan anak nakal, maka anak itu dimasukkan ke dalam karung kosong tersebut dan dipukul dengan sapu lidi, baru berhenti bila anak tersebut sudah berjanji tidak akan nakal lagi. Biasanya anak-anak merasa takut bila didekati Zwarte Piet, apalagi bila dia memiliki sifat nakal.
Sebenarnya kedatangan Sinterklaas adalah .mitos belaka. Sejak dulu juga tidak ada Sinterklaas yang datang dengan kereta yang ditarik rusa, dan masuk kedalam cerobong asap di rumah-rumah untuk menjumpai anak-anak yang penurut.
Sejatinya, perayaan Sinterklaas selalu diadakan di gedung pertemuan atau aula. Sebenarnya tidak ada kaitan dengan agama, namun karena di Belanda agama Kristen adalah mayoritas, dan karena Sinterklaas mengenalkan baju uskup, maka sering secara salah kaprah dihubungkan dengan agama Kristen.
Kebetulan saja, perayaan kedatangan Sinterklaas pada awal Desember, jadi bertepatan dengan saat orang-orang Kristen mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya hari Natal.
Pada perayaan ini, penyelenggara selalu meminta dua orang pria untuk menjadi volunteer, satu dirias sebagai Sinterklaas dengan jenggot putihnya, dan seorang lagi dirias hitam untuk menjadi Zwarte Piet.
Hadiah-hadiah yang diberikan kepada anak-anak sebenarnya adalah hadiah dari orang tua si anak. Biasanya ada pesan khusus untuk anak nakal, sebelum mendapat hadiah dari Sinterklaas selalu mendapatkan hukuman dulu dari Zwarte Piet.
Jadi, sebenarnya tokoh Sinterklaas ini tidak ada. Orangtua pada umumnya menghendaki anaknya berkelakuan baik dan memberi hadiah. Hanya supaya si anak merasa senang hadiah itu diberikan oleh Sinterklaas.
Ada sebuah pengalaman yang menunjukkan sikap toleran, seorang teman saya saat studi lanjut di Australia, tiba-tiba saat dia berbelanja di mall, Â diminta menjadi volunteer untuk menjadi Sinterklaas. Dia mengaku seorang Muslim, apa boleh memerankani tokoh Sinterklaas? Lalu dijelaskan bahwa perayaan Sinterklaas tidak ada hubungannya dengan agama, lebih ke parenting. Akhirnya teman saya bersedia. Inilah pengalaman sikap toleran yang telah ditunjukkan olehteman saya.
Demikian pula bila pada bulan Desember, prelayan rumah makan (waiter) atau pelayan toko mengenalkan topi Sinterklaas hal ini sama sekali tidak tujuan Kristenisasi. Hanya sebuah perayaan saja, atau gimmick marketing.
Memang berdasar sejarah Sinterklaas ada yang menghubungkan dengan tokoh Santo  Nicholas dari Myra yang hari kematiannya pada tanggal 6 Desember. Itulah sebabnya di Belgia, perayaan Sinterklaas dilakukan tiap tanggal 6 Desember.
Di Belanda sendiri, perayaan Sinterklaas sudah dimulai sejak abad 15. Semula berupa pemberian hadiah kepada orang miskin dari orang kaya, lama-lama bergeser dari orangtua ke anak-anzk.
Pada mulanya, orang kaya memasukkan uang ke dalam sepatu, agar orang miskin mengambilnya pada peringatan hari kematian Santo Nicholas. Dengan cara ini orang miskin tidak merasa malu, karena menerima uang dengan cara mengambilnya melalui sepatu. Metoda ini yang akhirnya diadopsi dimana anak-anak menyiapkan sepatu atau kaus kaki berisi rumput agar Sinterklaas berkenan berkunjung ke rumahnya. Namun tujuan utamanya, Â adalah agar anak-anak berkelakuan baik sepanjang tahun alias tidak nakal.
Jadi, perayaan Sinterklaas baik tanggal 5 atau 6 Desember sama sekali tidak terkait dengan agama.