Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Gelandangan Tidak Selalu Homeless

29 September 2023   10:00 Diperbarui: 29 September 2023   10:07 165 3

Saat dunia sedang dilanda krisis ekonomi, kini di kota-kota besar internasional, seperti Paris, San Francisco,  Los Angeles, Sydney, dan Vancouver serta beberapa kota lainnya banyak ditemukan gelandangan alias homeless. Hal ini disebabkan, mereka terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), karena kondisi perusahaan tempatnya bekerja mengalami kesulitan, akibatnya mereka tidak dapat membayar angsuran, sehingga harus meninggalkan rumah yang dibeli dengan dana hasil meminjam ke Bank.

Bagi mereka yang masih memiliki mobil, acapkali tinggal di dalam mobil. Mencari kawasan yang dapat untuk memarkir mobilnya selama beristirahat. Biasanya tempat parkir umum, yang selalu terbuka. Sedangkan mereka yang sudah tidak memiliki mobil, terpaksa tidur di emperan toko yang sudah tutup, atau di dalam rumah kardus di bantaran sungai atau taman. Guna mengangkut sisa harta bendanya, mereka menggunakan trolly, agar mudah berpindah tempat.

Hidup menggelandang ini serba sulit, karena mereka harus bersinggungan dengan petugas sosial yang mengawasi mereka, bila dianggap melanggar peraturan.

Uniknya, mereka lebih senang hidup menggelandang, meski dinas sosial menyediakan shelter atau tempat penampungan homeless. Alasannya, karena tinggal di shelter, dirasakan tidak bebas, karena harus bersih / rapi, tidak boleh merokok, tidak boleh mengkonsumsi alkohol, dan ironisnya banyak yang beralasan tidak bisa mengkonsumsi obat-obatan terlarang (drugs). Ironisnya, tiap hari mereka pergi meminta-minta sebagian besar untuk membeli sebotol bir, alkohol atau  obat-obatan. Sungguh tragis.

Inilah yang sekarang menjadi problem utama, kota-kota internasional, meski hanya kawasan tertentu, tidak di seluruh kota. Berakibat kota internasional menjadi kumuh.

Di Indonesia juga banyak orang yang tidak memiliki rumah. Namun sifat kekeluargaan yang masih kental, menyebabkan mereka bisa tinggal menumpang di rumah keluarga besar, entah paman, bibi, atau sanak saudara lainnya.

Namun kondisi homeless juga pernah saya temukan dari seorang pengemudi taksi. Pengemudi taksi ini sebenarnya memiliki rumah bahkan keluarga di kampung / desa. Pengemudi ini pergi bekerja sebagai sopir taksi di Jakarta, untuk menghemat beaya dan agar uang lebih cepat terkumpul, dia tidak mau mengeluarkan beaya untuk kontrak / kost. Maka dia tidur / tinggal di dalam mobil. Untuk kebutuhan pribadi, seperti BAB dan BAK, dan mandi, dia memanfaatkan toilet di SPBU, rest area maupun masjid. Dan setiap bulan dia menyerahkan hasil tabungannya ke keluarganya di kampung / desa dengan menggunakan taksinya.

Inilah sisi suram atau kelam dunia, sejak krisis ekonomi menggejala. Semoga krisis ini cepat berlalu, agar manusia dapat hidup normal kembali di rumah masing-masing. Home sweet home.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun