Disusul berikutnya dengan era Rudy Hartono, Liem Swie King hingga era Jonathan Christie yang masih terus mengharumkan nama Indonesia melalui lapangan bulu tangkis. Di bagian putri, bermula dari peran Minarni dan Retno Kustiah, yang lalu disusul dengan era Susi Susanti dan Sarwendah.
Film "Susi Susanti - Love All" diproduksi dengan harapan mampu menumbuhkan semangat kebangsaan yang kini dirasakan kian memudar, tergerus kontestasi politik yang diwarnai hoaks dan fitnah keji.
Film ini berkisah tentang Susi Susanti remaja putri muda (Moira Tabina) yang tekun mempelajari olahraga bulu tangkis di sebuah kota kecil di Jawa Barat, Tasikmalaya. Kemampuan Susi muda mengalahkan lawan kakak putranya, membawanya terpilih mengikuti try out yang dilakukan Persatuan Bulutangkis Jaya Jakarta.
Kegigihan Susi saat mampu merebut World Championship Junior 1985 membawanya lebih dalam menekuni dunia perbulutangkisan dengan direkrut ke pusat pelatihan nasional PBSI. Di lingkungan PBSI, Susi Susanti dewasa (Laura Basuki) digembleng oleh pelatih Tong Sin Fu (Chew Kinwah) dan Liang Chu Sia (Jenny Chang) bersama pebulutangkis putri lain, seperti Sarwendah (Kelly Tandiono).
Susi juga sering berlatih bersama pebulu tangkis putra, seperti Alan Budikusuma (Dion Wiyoko), Ardy B.W. (Nathaniel Sulistyo) dan Hermawan Susanto (Rafael Tan). Banyak kejuaraan bulu tangkis mulai ditandanginya, dan banyak prestasi berhasil ditorehkan. Sebut saja juara pertama Piala Sudirman 1989, juara pertama Piala Dunia Guangzhou 1989 dan puncaknya medali emas Olympiade Barcelona 1992.