Mohon tunggu...
KOMENTAR
Film Pilihan

"Gundala", Film Patriot yang Lebih Realistis dari Komiknya

30 Agustus 2019   08:44 Diperbarui: 30 Agustus 2019   09:05 291 3
Tokoh Gundala diciptakan oleh Harya Suraminata (Hasmi) pada 1969, melalui komik "Gundala Putera Petir". Hasmi terus berkreasi hingga menghasilkan 23 judul komik dalam kurun waktu 13 tahun (1969-1982), komik terakhirnya adalah "Surat dari Akherat".

Tokoh Gundala merupakan gabungan tokoh Ki Ageng Selo sebuah legenda di masyarakat Jawa yang mampu menangkap petir, dan Flash seorang pahlawan super dari Amerika Serikat yang mampu berlari secepat kilat. Gundala mengadopsi kata gundolo dari bahasa Jawa yang artinya petir.

Komik Gundala diangkat ke layar lebar pertama kali oleh sutradara Lilik Sudjio dan Teddy Purba sebagai pemeran Gundala pada 1981. Tahun 2019, giliran Abimana Aryasatya berperan sebagai Gundala dan Joko Anwar sebagai sutradara.

Film "Gundala" terbaru ini disebut serial Patriot, karena produsernya merencanakan akan membuat film-film pahlawan super (super hero) Indonesia lainnya, seperti Mandala, Si Buta dari Gua Hantu, dll.

Gundala (2019) dipenuhi dengan adegan perkelahian hampir dari awal hingga akhir film, diawali dari perkelahian antara pendemo vs pasukan pengaman pabrik, perkelahian anak-anak pengamen, perkelahian melawan preman pasar hingga melawan pasukan pengawal mafia.

Sinopsis

Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) adalah anak dari keluarga miskin, ayah Sancaka (Rio Dewanto) adalah buruh pabrik dan salah satu tokoh pendemo. Ayah Sancaka terbunuh dalam aksi penjebakan yang diatur pemilik pabrik. Ibu Sancaka, Kurniati Dewi (Marissa Anita) sudah mencium gelagat kurang baik dan meminta Sancaka kecil memberitahu ayahnya, namun terlambat.

Karena harus mencari uang, ibu Sancaka terpaksa meninggalkan Sancaka kecil untuk bekerja. Sancaka kecil mulai mengamen, namun saat membela pengamen perempuan yang diperlakukan tidak adil, ia dikeroyok sekelompok pengamen. Untungnya ia ditolong seorang anak yang menguasai ilmu bela diri, yang akhirnya melatih Sancaka kecil ilmu bela diri.

Pesan dari sang penolong sekaligus sang guru, "agar tidak perlu ikut campur urusan orang lain, karena akan mendatangkan masalah bagi dirimu sendiri." Sancaka kecil menjadi bingung, jiwanya penolong namun pesan gurunya membuatnya ragu menolong orang.

Sancaka (Abimana Aryasatya) beranjak dewasa dan bekerja sebagai Security pada sebuah percetakan koran dan tinggal sendiri di rumah petak. Suatu hari Sancaka terpaksa menolong tetangganya Wulan (Tara Basro) yang tinggal bersama adiknya Teddy, diganggu preman pasar. Akibatnya, Sancaka dicari preman pasar yang lebih banyak lagi dan dipukuli hingga babak belur.

Suatu hari hujan lebat dengan banyak petir, Sancaka tersambar petir. Pada sebuah perkelahian karena Sancaka membela pedagang pasar, ia kembali dikeroyok preman. Pada saat terpojok, telapak tangannya mampu mengeluarkan petir sehingga lawannya sebanyak 30 orang di buat menyerah kalah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun