Penulis juga mengamati perbedaan pola mengajar, guru di Indonesia dan guru di Jepang, misalnya. Guru di Jepang lebih merasa khawatir bila anak didiknya tidak dapat mengantre daripada gagap matematika. Alasan sang guru, karena untuk membuat anak didik mahir matematika, hanya diperlukan waktu tiga bulan secara intensif, sedangkan untuk menanamkan disiplin agar anak terbiasa untuk mengantre dan selalu mengingat pentingnya budaya mengantre harus diajarkan sejak kecil hingga usia 12 tahun.
KEMBALI KE ARTIKEL