Di die, urang ulah ngomong "momok" bila takut dengan sesuatu, " seperti kalimat, " dia telah menjadi momok bagi si fulan karena merasa bersalah luar biasa". Nah, bisa ketawa atau marah lawan bicara di die. Karena "momok" dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditakuti/dihindari, namun di sini sesuatu yang harus dijaga.
Kik kik kik
Jadi, bila di Jakarta, kukatakan kalimat, "bagiku dia telah menjadi momok dalam di masyarakat karena kelakuannya yang negatif dan merugikan orang sekitar...". Maka, di sini mesti bilang, "Punteun akang sadayana, abdi mau bilang..." tidak 'yang ditakuti" bagiku dalam hidup ini."
Hindari bilang "momok" di Kuningan, sebab, orang Rengasdengklok saja tidak paham maksudnya. Lain, Sunda lain artinya, lain daerah lain ucapannya.