Siapa saja boleh mencoba, dengan syarat, harus ditutup matanya dengan kain dan tidak tembus pandang. Jaraknya, bisa dimulai dari tiang bendera yang ada di pinggir jalan, atau bolehla didiskon sehingga lebih dekat lagi ke arah kedua beringin tersebut.
Dari pengamatan penulis, Kamis (16/8) tidak ada seorang pun yang lolos melewati jalan di antara kedua pohon beringin tersebut. Bahkan mereka sudah salah arah jauh sebelum bibir kedua pohon beringin tersebut.
Para peserta itu mengingatkan tentang kisah lama, saat raja Yogya ingin memilih seorang mantu yang sama-sama sakti untuk memperistri putrinya. Maka oleh sang raja kala itu, dibuatlah perlombaan, siapa saja yang bisa melewati pohon beringin kembar itu, maka ia akan menjadi mantu sang raja.
Untunglah hanya seorang saja dari calon yang lolos dalam sayembarar tersebut. Coba, kalau keduanya lolos, maka sang raja akan membuat sejarah poliandri pertama di Yogyakarta; dan andai tidak ada yang lolos, maka bisa jadi sang putri menjadi perawan tua tanpa suami.