Rumah di Palmerah sudah dijual dan ia menikah pertama kali dengan perempuan asal Desa Sindang , Kecamatan Purwodadi Kabaupaten Purworejo. Ia bekerja 18 tahun jadi satpam di SMP Negeri 101, Palmerah. Sampai ia bekerja di Sekolah Piani, Cengkareng dan jatuh sakit usai bekerja selama 5 bulan di lembaga pendidikan naungan yayasan sekolah Khatolik.
Bukan sakit fisik yang menjadi kerisauan guetuye selama meng-interview si Oklim. Tapi, ini yang menarik mendengarnya:
Yang lebih sakit lagi adalah: ia ternyata sudah tidak mempunyai KTP. Seperti orang yang "stateless" tanpa identitas. Nah seperti ini, apakah gubernur DKI Jakarta dapat memberikan ia KTP demi menghargai ia sebagai manusia? Asal KTP di Jawa sudah hilang tak berbekas. Dengan umur yang tidak pasti, apakah KTP bak berlian yang mahal dikeluarkan oleh Kelurahan di Jakarta?