Ujug-ujug, SP harus menanti selesainya laporan perempuan cantik, yang (maaf) punggungnya menampakkan tali kutang warna hitam. Beruntung kulitnya terlihat mulus, dan ruginya perempuan satu ini bukan milikku.
Singkat cerita, esokan paginya, Kamis (5/4) pukul. 08.08 aku menanti giliran untuk tampil di TV-One. Di sana SP menyampaikan himbauan kepada adik yang meninggalkan rumah tanpa pamit pada mamanya. Dengan menyebutkan ciri-ciri khas dan nomor telepon yang bisa dihubungi, maka 9 menit 9 detik kemudian masuklah SMS dari nomor +6280983006108 dengan jumlah 13 SMS yang masih SP catat (tanpa editiing) sebagai berikut:
Pukul 08.25 Bapak saya melihat adek bapak
Pukul 08:42 Sm siapa bpak di sana Bpak ini adek bopak mau ngmng sm bpak Tapi dri sms Ini pal
Pukul 08:45 Dia gak mau ngomong Coba bapak tolong tolong isiin pulsa saya 200.000 Krna sbentar lagi pulsa saya mau abis
Pukul 08:46 Di sini jaringan 3 agak susah pak
Pukul 08:47 Saya teman adek bapak
Pukul 09:12 Ini agak susah Kan di tanah abang Tertutup gedung nya Bapak tolong isiskan pulsa 200.000
Pukul 09:22 Iya isikanlah
Pukul 09:22 Biar bpak bisa smsan sama adik bpak
Pukul 09:32 Bapak mau isiiin pulsa saya 200.000 kan ?? Mana bapak pulsa nya??
Pukul 09:39 Bpak mana pulsa nya
Pukul 10:02 Kakak nii aku adik mu  Mana pulsa nya
Pukul 10:42 Bpak
Pukul 10:50 Bpak mana pulsanya
SEMUA ke-13 SMS di atas tidak diedit gaya bahasa kecuali tata letak yang tidak disamakan barisnya. Huruf besar di awal kata bisa jadi itu sebagai baris berikutnya.
Yang lucunya, kawan senior SP , Pong Hardjatmo "berguyon" dengan mengirim SMS "Mau belajar akting, isi pulsa dulu dong..." Kiriman SMS itu dikirim Pong setelah melihat tampilan SP. Ia mengatakan ritme bicara SP masih agak cepat alias terburu-buru. Namun, SMS lain dari anggota Kompasiana, Achsin menangkap pesan yang disampaikan SP. Saat SP tanya, "Apakah jelas apa yang disampaikan?"
Achsin menjawab, pesan jelas.
Yang aneh, Pong tidak menilai tampilan SP. Ya, mungkin inilah Dunia Pong Hardjatmo...