Saurip Kadi membahas betapa salah kaprah di negeri ini terus dilestarikan, antara bentuk presidensial dan parlementer. Terlihat, dimana calon anggota Dewan berkampanye seolah ia akan menjadi eksekutif (pemerintah) yang sewajarnya disampaikan oleh seorang calon presiden, sementara itu presiden kekuasaannya saat ini seperti dibatasi oleh anggota Dewan--yang sebenarnya sederajat, yaitu sama-sama lembaga tinggi negara. Namun, sejak "fungsi" MPR sudah berubah tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara, maka keberadaan presiden pun tidak perlu lagi menyampaikan pertanggung-jawaban kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Sejumlah jenderal (purn) dan politisi menurut Saurip berkumpul menamakan dirinya DEPAN(dewan penyelamat negara). Ia melihat, pranata sosial, budaya kita jauh tertinggal, dimana salah kaprah antara buruh dan majikan sudah menjadi fenomena yang salah. Buruh menurut istilah Saurip adalah abdi pemerintah, sedangkan majikan itu adalah rakyat, yaitu pihak yang membayar gaji kepada buruh melalui pembayaran pajak.
Kesalahan sistem terjadi ketika sudah tidak ada lagi GBHN dalam pemerintahan saat ini sejak tumbangnya Soeharto. Pemerintah seakan menjadi negeri yang berjalan tanpa pilot atau nahkoda.
Agar tidak jenuh Dialog Nasional diisi oleh family music dan lawakan dari grup colak-colek seperti di bawah ini: