Tiba-tiba Kamis(30/6) malam SP di-SMSoleh Hj.Nur Aini dari Desa Jatirejo, Porong, Sidoarjo : Saya minta tolong Pak SP, kasihan Bu Har, ia janda beranak dua, yang satu mau masuk TK dan satunya masuk SMP. Uang tidak ada, pekerjaan hanya tukang ojek perempuanyang melayani wisata tanggung Lumpur Lapindo dan sekitar Siring Timur.
Sampaikan ke para dermawan di Jakarta dan dimanapun yang membaca tulisan bapak agar menolongnya melalui rekening Bank BRI Unit Tanggulangin, atas nama Hj.Nur Aini, nomor rekening 31580102301153. Bu Har adalah sahabatku, insya Allah kusampaikan padanya.
SP menjadi teringatdengan aksi launching buku Suara Kita Suara Hening yang kedua kali setelah di Mesjid Cut Mutia, Jakarta (Jumat,17/6) dan Lokasi (patok)167 Tanggul Lumpur Lapindo di areal Desa Jatirejo yang sama-sama tenggelam dengan Desa Siring Timur. Keduanya adalah masuk ke dalam peta terdampak lumpur panas Lapindo milik konglomerat Aburizal Bakri (Ical).
Ibu Har merupakan sahabat karib dari ibu Hj.Nur Aini yang pesantren milik bapaknya tenggelam di areal Desa Jatirejo, Porong.
Bila orang Jakarta anggap bahwa korban lumpur Lapindo menjadi kayak mendadak karena mendapat ganti rugi dari konglomerat Ical, maka sesungguhnya itu sangat kelirumulogi! Buktinya, banyak korban yang menjadi stess dan gila karena menanggung perasaanjengkel dan marah dengan ulah kepongahan pengusaha tidak tahu diri ini. Sudah jelas itu bukan bencana alam, tapi karena ulah keserakahan Ical yang berambisi ingin “mencuri” ladang minyak sebelah lahannya dengan cara membuatsedotanmenyamping, sehingga terjadilah malapetaka yangmembuat semua orang heboh pada 19 Juni 2006.
Adakah kompasianer dan dermawan lain terketuk hatinya?