[caption id="attachment_112576" align="alignnone" width="240" caption="Pelukis Wandi di depan Blok M Square, Jakarta Selatan"][/caption] Dua sahabat yang berbeda ini bernama Wandi dan Suryadi. Yang pertama, jelas ia pelukis dan mantan guru di sekolah swasta. Karena dedikasi sebagai guru kurang mendapat apreasiasi,maka ia beralih menjadi seniman yang membuat lukisan diri dengan pinsil khusus. Sudah banyak tokoh-tokoh nasional yang dilukiskan dan anggota masyarakat yang ingin mengabadikan wajahnya lewat lukisan Wandi. Sudah puluhan tahun ia menggeluti dunia lukis-melukis sehingga namanya dikenal dikalangan seniman. Ia mengatakan, bahwa perubahan kualitas manusia dapat dilakukan melalui berbagai aspek selain jalur melalui jalur pendidikan, antara lain mengasah dan mengembangkan kemampuan olah raga dan seni. [caption id="attachment_112577" align="alignnone" width="240" caption="Presiden Soeharto dan Ibu Tien dalam lukisan karikaturnya"][/caption] Lain Wandi, lain pula Suryadi yang jelas sulit diklasifikasikan apa yang menjadi core jobnya. Ia menjelaskan sebagai kakak kelas SBY saat di Sekolah Dasar, Pacitan. Kritikannya mengenai anak jalanan yang kerjanya mengamen di jalanan sangat keras. Ia mengatakan, bahwa anak jalanan tersebut adalah buah kemalasan diri yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Bahkan meski ditampung sekalipun di rumah singgah, anak jalanan tetaplah anak jalanan. Semua bisnis hampir diterjangnya, mulai membangun gedung,membuat patung, hingga menyopir pun bila perlu ia lakukan. Karena sikap inilah, ia mengritik tajam anak jalanan dianggap sebagai buah kemalasan diri sendiri yang tidak mau merubah nasibnya. "Menjadi petani atau transmigran, kek,"katanya. Saat ditanya, apaka Suryadi berniat membantu Komunitas Anak Jalanan untuk mendapat pelatihan seni, justru Suryadi menolak. Ia beralasan sudah terlalu sibuk dan tidak punya waktu. [caption id="attachment_112582" align="alignnone" width="240" caption="Suryadi: Nasib bisa dirubah bila rasa malas dihilangkan"][/caption] Wandi sudah pernah melakukan atau berbuat untuk orang banyak dengan cara mengajar di sekolah. Sedangkan Suryadi, banyak mengritisi kekurangan berdayaan anak jalanan, namun ogah menjadi guru atau instruktur atas kemampuan multi talenta yang dimiliki. Hidup ini sudah pahit, Jenderal!
KEMBALI KE ARTIKEL