Mampukah Aa Gatot Brajamusti meraih kemenangan dalam Kongres ke-14 PARFI di Sjahid Hotel untuk menjadi Ketua Umum? Jakarta seakan merupakan ajang uji ”kekuatan spritual” antara Ki Kusumo versus Aa Gatot Brajamusti dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari pemilik 200-an suara yang berasal dari seluruh daerah dan Pusat, Jakarta. Kedua kandidat Ketua Umum PARFI ini dianggap mempunyai peluang besar menahkodai Persatuan Artis Film Indonesia periode 2011-2015.
Menyaksikan Kongres yang dimulai Rabu(18/5) hingga Kamis (19/5) terasa seperti sebuah kongres partai politik dimana bukan saja adu argumentasi dalam membahas Tata Tertib (tatib), bahkan terjadi insiden kekerasan kecil di antara anggota Parfi karena kelewat kencangnya beragumentasi. Untung saja segera dipisahkan oleh panitia, sehingga insiden tidak berlanjut menjadi tawuran massal.
Aa Gatot mengaku tidak ujug-ujug mencalonkan sebagai ketum, karena Aa mengaku sering mendapatkan peran akting dari Dedi Setiadi, Tiar Muslim dan almarhum Irwinsyah untuk acara-acara TVRI semasa era 70-an hingga 80-an. Ia tidak sependapat bila Ketum Parfi harus berasal dari arti tersohor saja. Makanya ia begitu siap begitu ditunjuk menjadi Ketua Panitia Pelaksana (Panpel), dan segera sowan ke para tokoh film senior seperti Slamet Rahardjo, Deddy Mizwar , Rachmad Hidayat bahkan sampai nyekar ke makam Ratno Timoer yang terkenal dengan akting horor pada jamannya. Ini merupakan sikap rendah hatinya dan menghargai para senior. Meski demikian, ia yakin apabila mendapatkan kemenangan dalam kompetisi ini, semua berkahNya, bukan semata berasal suara anggota PARFI.
Dari beberapasenior yangmendukung , salah seorang di antaranya Slamet Rahardjo, mengharapkan, pabila Aa menang Slamet ingin melihat 2 tahun awal kepemimpinan Aa harus punya program kerja yang bagus bukan sebagai jaminan kemulusan dirinya menjadi Ketum. Masalahnya banyak celah-celah yang dapat dikritisi dari AD/ART yang mungkin saja menjegal dirinya untuk dicalonkan menjadi ketua umum. Mampukah Aa Gatot meraih cita-citanya memperbaiki mutu film Indonesia yang dianggap belum mampu mengalahkan produksi film sekelas Usmar Ismail, Teguh Karya, Wim Umboh?
Aa dengan senyum simpulnya mengatakan, ”Lihat saja nanti. Yang jelas saya tengah konsentrasi menyelesaikan film terbaru Melawan Sindikat Perdagangan Wanita yang saya produseri sendiri.“
Saat ini putera kelahiran Sukabumi ini bertekad ingin lebih meng-action-kan film-film Indonesia dengan sisipan cerita-cerita heroik. Bahkan ia tertarik membuat film sejarah kolosal demi mengangkat budaya nusantara yang belum banyak diangkat dalam film nasional. Dan semua ia buktikan dengan kemandirian finansial yang mumpuni. Ia sadar, bahwa tidak mudah menahkodai PARFI. Salah seorang artis, PongHarjatmo mengatakan memang mengendalikan sebuah organisasi PARFI bukanlah mudah, karena harus kuat fisik dan mental dan juga finansial. Sebab, minimal sembilan juta rupiah per bulan buat biaya operasional sekretariat.
Biodata:
Gatot Brajamusti dilahirkan di Sukabumi 29 Agustus 1962. Penasehat spiritual banyak artis. Tamat IKIP Bandung Jurusan Filsafat , melanjutkan pendidikan tafsir Al Quran di Universitas Al Azhar, Mesir. Sebagai seniman pemilik suara merdu ia merilis album religi (September 2008) dengan judul Tunjukkan Jalan Yang Lurus, dan tengah merancang konser besar musik bersama Iwan Fals, Opick dan Agnes Monica untuk 2012.
Adapun sinetron yang dibintanginya antara lain: Dr.Sartika, Jendela Rumah Kita (TVRI). Film layar lebar: Ke Ujung Dunia (1982), Pacar Pertama (1985), Telaga Air Mata (1984), Jangan Bercerai (2004), Cinta Sepanjang Amazon (2011) dan dalam proses menyelesaikan film Melawan Sindikat Pedagangan Wanita (2011).