Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Surat Seorang Pemilih Jokowi

12 April 2015   20:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 243 3
TERSERET PERSETERUAN

Saya sejatinya tidak menjadi fans siapa-siapa, sebagai warga negara yang merasa bertanggung jawab akhirnya saya memilih Presiden-Wapres.

Saya tidak memilih anggota dewan yang menurut saya tidak terhormat itu, tapi soal presiden dan wapres adalah hal lain, saya merasa jika saya golput dan pasangan terburuk yang memang, alangkah berdosanya saya. Karena itu dengan melakukan analisa sendiri saya menetapkan pendirian.

Sebagai seorang yang akhirnya memilih Jokowi-JK saya terseret perseteruan antara dua kubu. Sebagian pendukung parpol pengusung Prabowo-Hatta membenci mantan Presiden Amerika George Bush Jr di mulut, tapi di hati mengamalkan taktiknya "Either you with us, or against us". Kalau anda tidak mendukung (calon) kami, berarti anda musuh kami. Kalau anda tidak memilih Prabowo, berarti anda Jokower. Sehingga mulai saat itu jadilah saya Jokower.

Berbuih mulut saya dan lelah tangan saya mengetik bahwa saya bukan Jokower hanya memilihnya, tapi mereka sudah mencapkan label "Jokower" (tentu dengan nada mengejek) pada saya.

Padahal saya hanya memilih satu dari dua pasangan dan yang saya pilih adalah yang menurut saya paling mungkin dipilih.

KECEWA PADA JOKOWI

Setelah beberapa bulan ini melihat Jokowi memerintah, saya merasa kecewa. Banyak tindakan dan kebijakannyayang saya tidak mengerti dan tidak setuju.

Ketika para pendukungnya menganggap bahwa memberikan nama calon Kapolri BG ke KPK adalah tindakan jenius berupa jurus 'nabok silih tangan", saya sebagai orang Sumatera tidak habis pikir, kenapa Presiden nabok harus meminjam tangan orang lain? Dia kan orang nomor satu di republik ini?

Tabok ya tabok saja, apalagi Kapolri adalah jabatan dibawah presiden.

Begitu juga tingkah laku beberapa menterinya yang menurut saya bodxx. Yudi dengan singkongnya, Tedjo dengan komentar tidak jelas dan kekanak-kanakannya, apalagi Puan dengan komentar-komentar yang tidak cerdas apalagi jika mengingat dia adalah seorang menteri.

Masalah-masalah menteri itu semakin menambah kekisruhan dengan adanya tragedi POLRI vs KPK, BG yang sempat dicoret tinta merah justru masih kuat posisinya, dan pimpinan KPK dikriminalisasi dengan tuduhan-tuduhan yang terasa sekali mengada-ada.

Lalu ada pula pengangkatan Staf Kepresidenan yang dikepalai oleh sahabat Jokowi yang mengurusi kemajuan pekerjaan Menteri. Pak Jokowi, kami memilih anda bukan memilih orang lain. Masih ada pak JK yang anda bisa berbagi tugas dengannya.

Saya KECEWA, saya benar-benar kecewa.

Dan itulah saatnya pendukung Prabowo-Hatta, ataupun Jokowi haters, tersenyum sinis dan mecibir.

GUE BILANG JUGA APA. SUDAH KAMI KATAKAN DIA MEMANG TIDAK MAMPU. SEKARANG MENYESAL KAN.

Apakah saya menyesal telah memilih Jokowi-JK sebagai presiden-wapres waktu itu?

Ini jawaban saya, "SAMA SEKALI TIDAK MENYESAL".

Saya memilih presiden-wapres bukan sembarang, bukan hanya membaca media-media mainstream atau media fitnah tanpa mencernanya sama sekali. Saya melakukannya dan menganalisanya sendiri dan akhirnya jatuh pada pilihan Jokowi-JK, yang paling sedikit mudharatnya.

Namun hal paling penting adalah bahwa buat saya Jokowi-JK adalah SATU-SATUNYA pilihan yang mungkin dipilih saat itu. Saya tidak mungkin memilih pasangan calon satu lagi SEBAGAI PEMIMPIN karena:

Bagaimana mempersatukan NKRI kalau mempersatukan keluarga saja tidak bisa?

Bagaimana mengurus 240 juta manusia kalau mengurus satu anak lelaki saja menjadi ....?

Bagaimana menerapkan hukum kalau hukum saja sudah dikangkangi oleh si calon pemimpin? Anaknya membunuh dua orang karena lalai namun TIDAK SEDETIKPUN DITAHAN oleh pihak berwenang. Sementara Afriani menjadi narapidana sekian tahun.

Bagaimana mungkin saya memlihi PEMIMPIN BANGSA dari orang seperti itu?

Dan tiga hal yang saya sbutkan diatas adalah FAKTA. Siapa yang bisa membantahnya.

Sementara Jokowi saat itu, apa yang dituduhkan oleh seterunya hanyalah tuduhan yang tidak pernah terbuktikan.

Kenyataannya dalam berkeluarga, mendidik anak, berdagang, berpolitik dan bekerja sebagai pemimpin, Jokowi- dan JK telah membuktikan bahwa mereka berhasil.

Dari keberhasilan-keberhasilan itu terselip harapan bahwa mereka akan mampu memimpin bangsa ini.

INI DEMOKRASI KAWAN

Dengan situasi sekarang para seteru Jokowi meyakinkan bahwa Jokowi tidak mampu menjadi presiden. Harga-harga mahal, KPK lemah, mereka sebagai rakyat Indonesia merasa dirugikan.

Saya katakan, itulah demokrasi kawan.

Itu hak anda untuk mengeluh dan protes atas kebijakan pemerintah.

Tapi anda tidak bisa menjamin bahwa jika calon yang lain itu yang menang, harga-harga tidak akan naik, atau hidup semakin sejahtera.

Jika ARB menjadi menteri utama, Fadli Zon menjadi mendiknas, negara akan menjadi lebih baik.

TIDAK ADA YANG BISA MENJAMIN.

Apakah NKRI tetap utuh, atau hukum tidak akan dikangkangi (lagi).

Lalu saya dan banyak orang lain akan dirugikan.

Itulah demokrasi, Makanya jadilah pemenang tuan, jangan kalah.

Tapi, menang kalah itu BIASA. Yang membedakan adalah bagaimana anda menyikapinya. Pemenang akan memperbaiki diri untuk memenangkan pertarungan berikutnya, sementara PECUNDANG hanya bisa mengeluh, menuduh curang, dan memupuk kebencian saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun