Di sisi lain, upaya mendisiplinkan siswa melalui pemotongan rambut seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai martabat manusia. Cukuran yang dianggap merendahkan martabat tidak hanya menyakiti perasaan siswa, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Era Pendidikan Merdeka menuntut kita untuk melihat siswa sebagai individu yang merdeka. Mereka memiliki hak untuk mengekspresikan diri, termasuk melalui gaya rambut. Guru, sebagai agen perubahan, seharusnya menjadi sosok yang mampu membimbing siswa tanpa harus merendahkan martabat mereka.
Kegiatan mencukur rambut siswa yang melibatkan sekolah cukur atau barber school, pada pandangan pertama, mungkin tampak kontradiktif dengan prinsip-prinsip pendidikan merdeka. Namun, jika kita melihat lebih dalam, kegiatan ini justru dapat menjadi sebuah bentuk pembelajaran yang memanusiakan manusia.