Ada sedikit cerita heroik dari Ibuku yang lebih akrab kupanggil Mama, perempuan yang saban waktu kuberi gelar sebagai Sang Penakluk Waktu Subuh.
Mamaku adalah seorang pedagang sayur di pasar. Ia menjadi singlemom setelah kepergian Bapak beberapa tahun lalu ketika saya masih SMA. Beliau merupakan Ibu dari 3 orang anak yaitu Saya sebagai anak pertama dan 2 orang adikku bernama Sabran (anak kedua) Â dan Gibran (anak terakhir).
Flashback ketika meninggalnya Bapak, Mamaku seketika memiliki peran ganda sebagai sosok Ibu sekaligus Bapak bagi kami semua. Banyak pekerjaan ia lakoni termasuk kala itu pernah sebagai asisten rumah tangga, ikut bantu-bantu menjual dagangan orang di pasar dan juga bertani. Sampai akhirnya, karena profesi pedagang cukup ia minati, lantas ia merintis usaha berdagang sendiri dengan berjualan sayur. Mamaku merupakan sosok pekerja keras dan disiplin. Selama menekuni profesinya, ia selalu bangun pukul 2 pagi untuk mengawali aktivitasnya menyiapkan dagangan. Dan itu semua rutin dilakukannya selama bertahun-tahun hingga menjadi sebuah kebiasaan yang melekat sampai sekarang.
Dari sinilah kemudian lahirlah julukan itu, Sang Penakluk Waktu Subuh. Mungkin sedikit berlebihan, tapi bagiku keuletannya bolehlah disandingkan dengan tokoh-tokoh penakluk dalam serial film waralaba umumnya hihi.
Saya yang kadangkala bangun sering didahului ayam berkokok dan kerap acuh tak acuh terhadap waktu, pada akhirnya merasa tertampar dengan pola disiplin dari Mamaku.Â