Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Jangan Menunda Kebaikan

17 Januari 2025   11:11 Diperbarui: 17 Januari 2025   17:26 59 12
Senin, 13 Januari 2025, sekira pkl. 19.30 WIB., seorang teman baik berpulang ke rahmatullah, dalam usia 47 tahun. Kabarnya, pada hari itu setelah pulang beraktivitas saat di kamar mandi, tiba-tiba almarhum terjatuh, kemudian dilarikan ke RS terdekat. Namun tidak seberapa lama, kemudian almarhum Bang Ardan Kurniawan meninggal dunia. Diduga beliau terkena serangan jantung.

Dan tentunya, semua yang kenal beliau pasti terkejut ketika mendengar berita duka tersebut. Waktu pagi hingga siang masih nampak sehat, namun tiada yang menyangka sore hari menjelang malam kematian datang. Padahal usia masih tergolong muda. Memang usia tidak kenal muda atau tua, laki atau perempuan, kaya atau miskin, apabila telah tiba waktunya, maka ajal tidak bisa ditunda lagi. Usia seseorang tiada yang mengetahui, ia termasuk rahasia Ilahi.

Firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 42:

Artinya:
"Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur. Dia menahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir".

Melansir NU Online, dijelaskan dalam Tafsir Tahlili* :

Pada ayat ini, Allah menerangkan satu macam kekuasaan-Nya yang sempurna dan sifat-Nya yang mengagumkan. Yaitu Dialah yang memegang roh manusia ketika tiba ajalnya dengan memutuskan hubungan roh dengan raganya dan memegang roh orang itu pada lahirnya saja sehingga tidak dapat mengemudikan raganya, akan tetapi hubungan di antaranya tetap masih ada.

Allah menahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dengan tidak mengembalikan roh itu, dan melepaskan jiwa yang lain dengan mengembalikan jiwa ke dalam raganya, sehingga ia dapat bangun dari tidurnya sampai kepada waktu yang ditentukan.

Orang yang mati itu rohnya ditahan Allah SWT sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya dan orang yang belum mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali ke raganya lagi.

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa dalam tubuh manusia itu ada jiwa dan roh yang hubungannya seperti sinar matahari. Akal dan jiwa dapat berpikir dan menentukan pilihan, sedang rohnya yang menyebabkan ia dapat hidup dan bergerak. Kedua-duanya dimatikan ketika tiba ajalnya, dan dimatikan jiwanya saja ketika ia tidur, sedang rohnya tetap masih ada.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah yang berbunyi:

 Rasulullah saw bersabda,
 "Jika salah seorang di antara kamu akan tidur, maka hendaklah ia meniupkan ke dalam pakaiannya di sebelah dalam, karena ia tidak mengetahui apa yang tertinggal di dalamnya, kemudian hendaklah ia mengucapkan,

"Ya Tuhanku dengan nama-Mu aku meletakkan lambungku ini, dan dengan nama-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku maka sayangilah dia, dan jika Engkau melepaskannya kembali, maka peliharalah dia seperti Engkau memelihara orang-orang yang saleh." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). 

Imam al-Bukhari, Amad, Abu Dawud, dan Ibnu Abu Syaibah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Qatadah yang berbunyi:

Sesungguhnya Nabi saw bersabda kepada para sahabat pada malam (ketika tidur) di lembah, "Sesungguhnya Allah menahan roh kamu bila dikehendaki-Nya, dan mengembalikannya bila dikehendaki-Nya."

Sebelum datangnya kematian, alangkah baiknya apabila setiap orang senantiasa bergerak dalam aktivitas kebaikan. Jangan sering menunda-nunda dalam amal saleh, bersikap, dan berbuat kebaikan. Sehingga ia telah siap, dan tidak menyesal jika telah tiba masa kematiannya. Karena maut itu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, dan waktunya telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Bisa saja dengan gejala sakit, atau secara mendadak tanpa gejala.

Penulis mendengar kesaksian orang, bahwa almarhum adalah orang baik, agamanya kuat, biasa menjadi imam shalat berjamaah, dan termasuk imam shalat hari Idul Fitri. Penulis merasakan demikian, sikapnya ramah, baik dan dermawan. Berinteraksi bersamanya selama beberapa tahun, dan mengenal lebih dekat lagi saat berkemah, dan mendaki gunung beberapa waktu lalu. Beliau adalah salah satu dari teman ngaji, mendaki gunung, dan ngopi. Semua yang mengenal baik pasti merasa kehilangan mendalam. Penulis merasa sangat kehilangan salah satu teman ngopi. 

Dengan demikian sudah tepat apa yang almarhum lakukan selama hidupnya. Berusaha menjadi orang baik, bersama siapapun, kapanpun, dan di mana saja berada. Sehingga setelah tiada orang lain mengatakan yang baik tanpa ditanya, atau diminta. Keluarga yang ditinggalkan meskipun merasa sedih dan kehilangan di satu sisi, namun di sisi yang lain pasti tenang, dan bersyukur karena almarhum orang yang baik di mata banyak orang, sehingga layak menjadi suri tauladan bagi semua orang.

*) Pengertian Metode Tafsir Tahlili : metode tafsir tahlili ialah metode menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan cara menguraikan secara rinci kata demi kata, ayat demi ayat dalam Al-Qur'an dari awal hingga akhir.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun