Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Cerita di Balik Koalisi Parpol

21 Mei 2014   05:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 104 0
Pemilu legislatif pada tahun 2014 ini baru saja kita lalui, dengan hasil tidak ada satu partai politik pun yang memperoleh suara  nasional minimal 25 persen sebagai syarat pencalonan presiden dan wakil presiden sehingga mau tidak mau semua partai politik harus berkoalisi agar dapat mengikuti pemilu presiden dan wakil presiden. Prediksi awal adalah terdapat tiga poros yang bisa menjadi acuan koalisi antar partai politik.  Poros yang pertama adalah poros PDI-P sebagai partai pemenang pemilu legislatif  dengan presentase perolehan suara yaitu 18,9 persen. Poros kedua adalah poros partai golkar yang memiliki presentase perolehan suara 14,75 persen, dan poros yang ketiga adalah poros partai gerindra yang memperoleh presentase suara 11,81 persen.

Setiap poros koalisi tersebut memiliki daya tarik tersendiri, seperti poros PDI-P yang mengusung Jokowi sebagai capres yang memiliki elektabilitas sangat tinggi saat ini, Poros Golkar dengan pengalamannya dalam dunia pemerintahan di Indonesia, serta poros Gerindra yang mengusung Prabowo sebagai capres yang dikenal sebagai sosok yang tegas. Namun tiga poros ini berubah menjadi dua poros ketika golkar sebagai partai urutan kedua perolehan suara terbanyak dalam pemilu legislatif  memutuskan bergabung dengan gerindra. Dengan bergabungnya partai Golkar ke dalam koalisi poros gerindra ini menjadi kekuatan yang sangat besar karena gerindra sebelumnya sudah resmi didukung oleh PKS, PPP, PAN, dan PBB, secara presentase koalisi ini mempunyai total suara 48,93 persen. Poros yang selanjutnya adalah poros PDI-P yang berkoalisi dengan Hati Nurani Rakyat, Nasional Demokrat, dan PKB yang mengumpulkan presentase suara 39,97 persen, dengan selisih 8.96 persen ini  tidak bisa dipastikan pemilu presiden dan wakil presiden akan berjalan dalam satu kali putaran, hal ini disebabkan calon presiden dan calon wakil presiden yang di usung oleh dua kubu ini mempunyai kekuatan yang kurang lebih sama. Hal ini masih dtambah dengan tokoh-tokoh negara yang memberikan dukungannya kepada masing-masing pihak yang jelas akan menambah daya tarik masyarakat. Sehingga pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 ini akan berjalan dengan menarik.

Namun yang paling penting adalah komitmen dan kinerja mereka setelah terpilih nanti. Bukan hanya hangat di awal lalu kemudian menjadi dingin, pemerintahan yang baru nanti paling tidak harus bisa lebih baik dari pemerintahan yang lalu. Visi dan Misi yang telah mereka paparkan pada masa awal kampanye harus direalisasikan dalam pemerintahannya kelak, bukan hanya sebagai janji manis dan sebagai daya tarik masyarakat untuk memilih mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun