Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Bulan dan Tulang Rusuk

8 April 2012   14:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:52 123 0
kau menunggu langit berubah menjadi orange kemerahan, menjingga, lalu hitam gelap.

kau menunggu senja dengan segerombolan harap cemas

ada harapan terhadap retina untuk menangkap bayangnya

sesekali mengintip dari balik jendela kamar, melihat jam lalu mencari jejak matahari

seandainya bisa menyingkat waktu, ingin kau putar jam dunia untuk mempercepat pergerakannya.

ingin menarik matahari untuk segera tenggelam diujung sana

lalu mengangkat rembulan menggantikan matahari mengawasi manusia dalam menjalankan kehidupannya.

sejam dua jam, kesetiaanmu menunggu berbuahkan hasil

rembulan tampak sangat indah

tapi dia tidak sendiri, ada beriburibu bintang yang menemaninya menerangi malam yang sangat gelap.

gerlap gerlip cahaya bintang membentuk senyummu yang lebar.

hari ini bintang menepati janjinya untuk menemani rembulan dalam tugas rondanya

siapakah pemilik tulang rusuk ini ? kau bercerita pada rembulan.

tentang dia yang kau harapkan datang.

kau menebar senyum untuk kesetiaan rembulan mendengarkan ceritamu.

lalu rembulan bertanya, kenapa kau selalu berbagi cerita kepadanya, kenapa tidak dengan matahari yang setia menemanimu lebih dari 12 jam.

tapi kau segerakan pertanyaanya dengan kembali melemparkan senyuman.

yah hanya dengan senyuman.

kau kembali melanjutkan ceritamu dan kau tak malu diperhatikan oleh bintang-bintang di atas sana.

ada harapan untuk kau mendapat jawaban dari rembulan tentang gerangan si pemilik tulang rusuk itu.

tapi kembali lagi rembulan hanya diam dan bintang-bintang kembali menertawakanmu.

tapi kau tidak kecewa.

kau tutup jendela dan say goodbye kepada mereka yang sudah rela mendengarkan curhatanmu

lalu melangkahkan kaki menuju tempat yang kau sebut tempat ternyaman

kau menengadah, menangis dalam sujud, bercerita dengan sejujurnya di bawah kaki Tuhanmu

lalu kau mengangkatkan mukamu dan bangun dari ambruknya imanmu

kau dikenal sebagai sosok yang periang, tidak menampakkan masalah, menganggap hidup selalu indah. selalu santai diantara kesibukan.

kau berusaha untuk tidak terlihat lemah.

tapi kelemahanmu tertangkap dalam sujudmu, dalam malammu.

kau berharap waktu untuk segera berputar lalu menunjukkan si pemilik tulang rusuk itu.



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun