Senayan City sore itu ramai seperti biasa. Namun, di pojok sebuah kedai kopi dengan smoking area, saya dan Mas Luki memilih tempat duduk yang nyaman. Udara di ruangan itu penuh aroma campuran kopi hitam, tembakau, dan obrolan yang mulai memanas. Mas Luki, seorang akademisi sekaligus konsultan di Kemendesa, duduk di seberang saya sambil menyesap kopinya.
KEMBALI KE ARTIKEL