Mohon tunggu...
KOMENTAR
Halo Lokal Pilihan

Berharap Cinta Kang Emil dari Underpass Dewi Sartika

18 Januari 2023   07:08 Diperbarui: 18 Januari 2023   07:51 867 6
Cinta Ridwan Kamil terhadap Persib tak terhingga. Beragam cara dilakoninya. Tak hanya nazar plontoskan kepala. Telanjang dada pun 'dijabani'. Sekalipun dihadapan Presiden Jokowi. Edan..!

Kang Emil -- begitu dia disapa- bukan menantang. Spontan luapan kegembiraan. Dia larut dalam euforia. Persib juara!

Saya melihatnya dengan mata terpanah. Pun puluhan ribu mata di Stadion Bung Karno Senayan, Jakarta. Pada 18 Oktober 2015.

'Pangeran Biru' tampil paripurna. Sriwijaya FC diperdaya 2-0. Di laga pamungkas Piala Presiden. Zulham Zamrun jadi bintang idola. Dia donasikan 6 gol. Terbanyak di turnamen tersebut.

Kang Emil makin 'menggila'. Tawanya begitu renyah. Teriakannya memecah langit. Dia larut bersama bobotoh. Semua itu terjadi mengalir begitu saja. Lepas.

Ketika itu Kang Emil menjabat Wali Kota Bandung. Perhatian terhadap warganya luar biasa. Bahkan dia dikenal pencinta Persib nomor satu.

Kini Kang Emil naik pangkat. Jadi Gubernur Jawa Barat. Membawahi 27 kabupaten kota. Luas wilayahnya: 35.377,76 km2.

Cinta Kang Emil mendadak berpaling ke Depok. Kota yang sepak bolanya datar-datar saja. Kota paling bontot di Jabar.

Depok bukan Bandung, markas Persib. Mungkin malah lebih banyak Jakmania ketimbang Bobotoh. Maklum Depok lebih dekat di bibir Jakarta.

Tapi cinta kang Emil terhadap Depok berbeda. Bukan karena sepak bola. Bukan lantaran Persikad yang akan berlaga di Liga 3. Tapi ini: Depok juara covid-19!

Kang Emil memindahkan kantornya. Dari Bandung ke Depok. Dua tahun lalu. Kala itu kasus Covid di Depok menggila. Urutan pertama se-Jawa Barat.

"Hari ini kita membawa banyak bantuan. Semata-mata karena cinta kepada Kota Depok," kata Ridwan Kamil ketika itu.

Totalitas Kang Emil terbukti. Dalam sekian bulan, Depok keluar dari zona merah. Bahkan 'terdegradasi' dari virus asal kota Wuhan, Cina itu.

Ini kerja nyata Kang Emil. Kerja yang didasari karena cinta. Bukan pencitraan. Demi rakyatnya. Demi 'anak bontotnya' Kota Depok. Si kecil dengan setumpuk masalah besar.

Cinta Kang Emil terhadap Depok tak berhenti sampai disitu. Dia juga bertekad membebaskan Depok dari kemacetan. Terutama di Jalan Dewi Sartika. Daerah yang dilintasi kereta.

Selasa, 17 Januari 2023 terbangunlah underpass. Digarap kurang lebih setahun lamanya. Kang Emil yang meresmikan.

Hasil kolaborasi antara Pemda Provinsi Jabar dan Pemda Kota Depok. Pembebasan lahan menjadi tangungan Pemkot Depok. Pemda Jabar kucurkan dana APBD.
 
"Warga tidak usah ada lagi menunggu kereta lewat karena ada jalan underpass," kata Wali Kota Depok Mohammad Idris.

Sebagai warga Depok tentu saya bangga. Depok bukan hanya Margonda yang setiap tahun bersolek. Tapi tetap saja macet. "Sekarang nggak lewatin rel lagi. Lancar jaya...," tulis Ivan di Wags IISIP 89.

Kini, perlahan pembangunan di sudut lain digarap. Meski belum sepenuhnya. Mungkin berikutnya underpass di perlintasan kereta Citayem. Siapa tahu....

Saya yakin, Kang Emil tahu kroditnya di Citayem. Perbatasan pinggiran Depok-Bogor. Banyaknya angkot ngetem dan perlintasan kereta api jadi penyebabnya. Volume macetnya seperti di Jalan Dewi Sartika.

Bukan hanya underpass, satu lagi permohonan saya sebagain insan olahraga. Kang Emil, tolong benahi Persikad. Layaknya Anda mencintai Persib Bandung.

Maaf Kang, Persikad juga pernah berjaya. Tim Macan Margonda sempat dihuni oleh pemain-pemain top. Sebut saja Yusuke Sasa (Jepang), NNana Onana (Nigeria), dan Jean Paul Boumsong (Kamerun).

Pemain lokalnya juga bertalenta kala itu. Ada Nehemia Solossa (Adik Boaz Solossa), Irfan "Boax" Safari, dan mantan kapten Timnas Indonesia, M Roby yang hijrah ke Persija.

Tapi, Persikad mendadak tenggelam. PSSI mengubah tata kelola sepak bola Indonesia untuk profesional.

Diawali dengan pembentukan kompetisi ISL. Pun surat edaran Mendagri No 903/187/SJ. Isinya  tentang pelarangan klub profesional menggunakan dana APBD pada kompetisi 2008.

Sejak itu prestasi Persikad yang dahulu cemerlang harus jatuh bangun. Terutama dalam perihal pembiayaan pemain.

Krisis finansial parah pun merambat terhadap performa pemain. Semenjak Persikad tak lagi berada di bawah wewenang Pemkot Depok dan menjadi PT, Persikad hanya tim medioker.

Pada tahun 2009, Persikad sempat tertolong dengan datangnya taipan bernama Edy Joenardi yang membeli setengah kepemilikan PT Persikad.

Ia datang sebagai dewa penyelamat. Berjanji mendatangkan pemain bintang dan membangun stadion di Depok.

Bahkan waktu itu, Persikad sempat ingin mendatangkan pemain-permain Persija, seperti Bambang Pamungkas, Aliyudin, Leo dan Ismed Sofyan.

Namun tak  terealisasikan. Edy lebih sering terlibat masalah dengan internal Persikad. Pemain  jadi terlantar. Edy pun menghilang tertelan bumi. Janji investasi miliaran hanya isapan jempol.

Dari tahun 2009 hingga 2014, Persikad konsisten berada di Divisi Utama. Tapi kemudian terlempar ke Divisi 2. Masalah keuangan menjadi PR yang tidak pernah selesai.

Konflik internal pecah. Persikad Depok hijrah ke Pemerintah Purwakarta. Diakuisisinya klub oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi dan beberapa PNS penggila bola. Tapi, dalam perjalanannya tak sesuai harapan.

Kini, Pesikad makin jauh panggang dari api. Sebagai warga Depok pinggiran, saya sangat menyangkan. Gonta ganti manajemen belum ada yang pas.

Saya rindu pekikan Kang Emil sebagai pecinta sepak bola. Bukan bersama Persib. Tapi Persikad yang nyaris sekarat. *

Suryansyah
Warga Depok Pinggiran
Sekjen Siwo PWI Pusat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun