Hasil hitung cepat sejumlah lembagai survei pada Pemilu Presiden 2014 samapai tanggal 21 juni, merilis pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla unggul dengan perolehan suara 52,34 persen. Hal tersebut tentu searah dengan persentase hasil rekapitulasi suara yang ada disetiap provinsi di indonesia. Sehingga sebelum ditetapkan secara resmi oleh KPU secara Nasional, sudah terlihat jelas kubu Jokowi-Jk, kini telah di atas angin. Akan tetapi seiring waktu menunggu penetapan KPU secara Nasional, Pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla mulai menggagas rekonsiliasi nasional usai pelaksanaan pemilu presiden.
Salah satu cara untuk memulai rekonsiliasi ini adalah meninggalkan identitas selama masa kampanye pemilu presiden.Jokowi-JK, Pasangan yang sudah hampir pasti menjadi pemenang ini, justru dengan jiwa besar mengajukan rekonsiliasinya kepada pasangan prabowo hatta.Ini adalah sebuah langkah terbaik dalam menyatukan perbedaan keduanya yang seolah membuat indonesia terpecah menjadi dua.Terobosan inipun layak dianggap sebagai gagasan yang mampu meredam kemungkinan rawannya komplik pasca penetapan Hasil Pemilu 2014.
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengundang dua calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertemu di Istana Negara pada 20 Juli. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pemilu damai. Jokowi sendiri sudah melarang pengerahan massa saat pengumuman pemenang calon presiden nantiMenurut Pengamat Politik, Aryos Nivada, menilai tawaran rekon
siliasi nasional oleh Jokowi-JK, jika keduanya menduduki kursi presiden dan wakil presiden terpilih, merupakan cerminan sikap negarawan seorang Joko Widodo serta Jusuf Kalla. Hal ini dipandang penting, Â sebab rekonsiliasi menjadi pondasi penting dalam membangun hubungan dengan semua elemen termasuk lawan politik dan itulah kedewasaan berpolitik Jokowi-jk.
Dari hal tersebut , kita dapat melihat, Rekonsiliasi juga menjadi langkah awal keterlibatan aktif mereka dalam membawa perubahan untuk mencapai kemapanan di segala sektor baik politik, ekonomi, dan bidang lainnya. Dengan rekonsiliasi, satu hal penting yang patut di catat adalah akan mempermudah kerja mereka dalam melayani rakyat saat menjalankan fungsi dan perannya sebagai Pesiden dan Wakil Presiden terpilih. Tidak justru membangun sebuah koalisi oposisi pragmatis yang tidak akan mengakomodir kepentingan rakyat Indonesia. Selain itu, rekonsiliasi akan memperkuat konsolidasi dan sinergisasi antara para pendukung atau simpatisan kedua kandidat presiden dan wakil presiden dalam memajukan Indonesia.
Sikap rekonsiliasi ibarat membangun jembatan kepercayaan paska pertarungan di Pilpres 2014, antara yang menang dan yang kalah.Sehingga tidak heran para pakar menggap terobosan pasanagan nomor urut dua dianggap skenario penyelamat bangsa lewat gerakan politik.
Dalam sebuah rilis media dijakarta, Pengajar Komunikasi Politik UNPAD Bandung, Kunto Adi Wibowo, dalam rilisnya mengatakan bahwa ajakan rekonsiliasi dari Jokowi dan kesediaan Prabowo untuk bertemu dengan Jokowi, akan menjadi bentuk pendidikan politik yang penting di era demokrasi partisipatif ini.Ini menunjukkan bahwa keduanya memprioritaskan kesatuan dan persatuan bangsa di atas kepentingan golongan dan gerbong politik mereka. Dan siapapun yang ditetapkan tanggal 22 Juli oleh KPU maka, sebagai pemenang akan merangkul dan yang tertunda kemenangannya berbesar hati dan bersikap dewasa.