Istilah tersebut sering digunakan oleh Biksu Tong saat mengajar kera sakti. Jujur saat saya pertama mendengar istilah tersebut, tak pernah mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Buat saya saat itu, kosong adalah kosong, gk mungkin ada isinya dan isi adalah isi tidak mungkin dkatakan kosong karena akan ada materi di dalamnya.
Baru kemudian saya sadari bahwa makna dari istilah tersebut mengacu ditujukan pada objek atau peruntukan tertentu. Objeknya adalah pikiran dan esensi Illahiah.
Banyak orang mengasah pikirannya sekuat tenaga untuk mengejar dan memahami esensi Illahiah. Namun semakin mereka berusaha mengasah malah makin jauh dari esensi Illahiah. Hal ini dikarenakan yang mereka gunakan bukanlah berasal dari esensi Illahiah.
Inti dari menemukan esensi Illahiah melalui jalan: kosong adalah berisi dan isi adalah kosong. Kosong berarti mengkosongkan hal-hal atau pikiran dari yang selain Allah. Bahkan tanpa berusaha memasukkan pikiran tentang Allah. Benar-benar mengkosongkan khususnya dari hal-hal negatif yang mengotori pikiran seperti niat jahat, iri, dengki, sombong dan sebagainya. Jika pikiran kosong atau kembali murni maka kita akan semakin mudah memahami esensi Illahiah. Hal ini dikarenakan jendela yang digunakan untuk melihat sudah jernih untuk memahami. Pikiran yang digunakan untuk mencerna sudah kosong. Secara otomatis dan khususnya jika diniatkan dari awal untuk mencari Allah maka pikiran yang kosong tersebut akan lebih mudah diisi esensi Illahiah.
Namun sebaliknya, jika pikiran sudah dipenuhi oleh hal-hal lain, khususnya yang selain Allah padahal hal tersebut mungkin ditujukan untuk mencari Allah bisa jadi kita malah akan semakin susah untuk menemukanNya. Ibarat sebuah gelas yang sudah berisi teh penuh, tidak mungkin akan diisi minuman lain tanpa mengkosongkannya terlebih dahulu.