KKN tahun ini dilakukan secara live-in dimana mahasiswa/i tinggal di dusun binaannya, baik di rumah sendiri (rumah kosong) ataupun tinggal bersama pendamping desa masing-masing kelompok. Selama tinggal di Dusun Gejugan (Ngasinan), Kelompok 11 menemukan permasalahan terkait kurangnya pemanfaatan pekarangan yang berupa serangan dari ayam dan sulitnya air. Di dusun tersebut keberadaan air masih kurang dan hanya tersedia untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja.
Berkaitan dengan tema KKN dari Kelompok 11 (Pemanfaatan lahan pekarangan) Â yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan di Dusun Gejugan (Ngasinan), maka diterapkanlah sistem tanam vertikultur. Teknik vertikultur merupakan salah satu dari banyaknya teknik menanam yang dilakukan dengan cara vertikal atau secara bertingkat (Saloko, 2021). Tenik vertikultur ini cocok diterapkan di lahan yang sempit seperti di pekarangan rumah atau sekolah. Kelompok 11 membuat tiga desain untuk vertikultur, yaitu berbentuk piramida persegi empat (stand 1), persegi panjang (stand 2), dan segiempat (stand 3). Stand 1 dan 2 sistemnya (botol) diikat menggunakan kawat, sedangkan stand 3 botolnya digantung menggunakan tali tambang kecil.
Alat yang dibutuhkan untuk membuat ketiga stand adalah paku, meteran, paku, palu, cutter, korek api, spoon cuci piring, sabun cuci piring, tali tambang kecil, thinner, kuas, cat, solder, dan botol. Bahan yang diperlukan berupa bambu, tanah (bercampur pupuk kandang sapi, dolomit, arang), air, bibit (pakcoy, caisim, seledri, daun bawang), benih (kangkung dan bayam). Bambu digunakan sebagai bahan utama pembuatan stand vertikultur karena Kelompok 11 melihat potensi bambu yang ada di Dusun Gejugan (Ngasinan) yang melimpah. Penggunaan botol pada vertikultur dikarenakan jumlah sampah botol plastik di setiap rumah warga Desa Cukilan terutama Gejugan (Ngasinan) mencapai 1-3 karung. Dominan sampah botol plastik di dusun tersebut adalah botol minyak goreng 1 liter.
Pembuatan stand dimulai dari memotong bambu kemudian dijemur selama 1-3 hari agar bambu kering dan tidak mudah membusuk. Bambu yang telah dijemur dipotong sesuai ukuran  desain. Bambu yang telah dipotong kemudian dirakit sesuai desain mengunakan paku. Sebagai finishing bambu dicat berwarna coklat ataupun sesuai selera. Botol terlebih dahulu dipotong menggunakan cutter menjadi 2 bagian atas dan bawah. Botol tersebut kemudian dibersihkan menggunakan sabun cuci piring beserta spoon cuci piring. Botol yang telah dicuci bisa langsung dijemur. Apabila botol sudah kering bisa langsung dicat sesuai selera untuk memperindah tampilannya. Botol yang sudah kering dari cat kemudian dilubangi bagian tutup, bawah, dan badan botol yang berfungsi sebagai drainase air. Pada badan botol untuk stand 1 serta 2 dilubangi empat titik agar mempermudah pemasangan kawat. Untuk stand 3 badan botol dilubangi dua titik pada dua sisi samping atas dan bawah agar mempermudah pemasangan tali. Tahap selanjutnya adalah pemasangan botol ke stand-stand. Botol yang telah terpasang di stand diisi dengan tanah kompos yang sudah dicampur dolomit. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB dimana tiap botol berisi satu bibit tanaman. Penyiraman bisa dilakukan pada pagi/sore hari atau kondisi media tanam kering.