Sebagaimana ditulis PortalSemarang.Com, Grup kesenian Wargo Budoyo berdiri sekitar dua tahun lalu. Pri Eko, pria asal Jogja, adalah inisiatornya. Awalnya mereka main untuk memenuhi tanggapan, seperti karnaval atau Agustusan. Namun karena tanggapan semakin sepi, mereka memilih turun ke jalan. “Setahun paling cuma dua atau tiga kali,” kata Pri.
Anggota Wargo Budoyo ternyata masih satu keluarga. Riwayat adalah istri Pri. Riwayat adalah anak Tarmudi. Danang adalah putra pasangan Riwayat dan Pri. Sementara Febri adalah anak Suyahmin. Seluruhnya adalah warga Kelurahan Kupang, Ambarawa. “Ada satu lagi anak perempuan saya yang biasanya ikut. Tapi akrena baru punya anak, sekarang momong aja di rumah,” terang Pri.
Ngamen di jalan sebenarnya bukan pilihan. Pekerjaan itu mereka pilih lantaran belum punya pekerjaan lain. Pri sendiri seorang peadagang musiman. Dulu ia punya “dasaran” di pasar Ambarawa. Jelang lebaran biasanya berjualan pakaian.
Sementara Danang, yang usianya baru 20 tahun, dulu bekerja di bengkel las. Ia keluar lantaran matanya tidak kuat dekat dengan api seharian. Lantaran belum dapat pekerjaan lain, ia mengikuti orang tuanya ngamen.
“Biasanya mulai jam 1 siang. Dari rumah berangkat jam 10, kita make up, terus ke jalan. Nanti selesai jam 5,” terang Tarmudi.
Bagiaman pendapata Kompasianer sekalian?