Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Sebuah Renungan Tentang Pancasila Bag 4

22 Agustus 2011   09:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:33 271 0
“Perpisahan yang terjadi saat ini bersifat “ilusif” Kau boleh membanggakan dan mengagung-agungkan bduaya asing; kau boleh mengubah penampilan serta caramu berpakaian, kau tetaplah Orang Indonesia, Putra Ibu Pertiwi ! Ke”Indonesia”-anmu adalah kodratmu. Dan, kodrat ini tak dapat kau ubah, walau kau mengubah kewarganegaraanmu. Kau boleh berwarganegara Arab atau Amerika, Cina atau India, kau tetaplah “Orang” Indonesia !. Ke-“Indonesiaan”-anmu adalah ketentuan-Nya bagimu. Kau dapat mengubah agamamu, kau tak mampu mengubah ketentuan-Nya. Ke-“indonesiaan”anmu adalah kehendak Illahi. Kau tak dapat menolaknya, apalagi menentangnya” (Anand Krishna) Bung Karno mengingatkan kita semua untuk menjaga tanah air Indonesia sebagai amanah dari Tuhan yang maha esa, agar kita semua sebagai anak bangsa merawatnya dengan sebaik-baiknya sebagai wujud dari bentuk pertanggungjawaban terhadap Tuhan karena telah melahirkan kita di Indonesia“Saya memberi rumah kepada Saudara ini, saudara, saudara Djajeng. Saya memberi rumah kepadamu, saya amanatkan rumah ini kepadamu, peliharalah rumah ini – sebaik-baiknya. Demikian jikalau kita naik atas lapangan agama, maka kemerdekaan itu berarti dan kita rasakan benar-benar sebagai satu pertanggunganjawab, responsibility terhadap Tuhan” Jika dua  sila sebelumnya yaitu Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab sudah dapat dijabarkan ke dalam kehidupan sehari-hari maka sila-sila berikutnya tidak lah akan menjadi persoalan, karena kita sudah akan dengan sendirinya dapat menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. A.  Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan Pengabdian terhadap nusa dan bangsa bukan merupakan profesi yang dibatasi oleh jam kerja, pengabdian terhadap nusa dan bangsa adalah FULL TIME JOB. Setiap waktu sebagai warga negara harus mengabdi kepada nusa dan bangsanya. Namun sikap tersebut nampaknya masih jauh dari kenyataan pada saat sekarang ini, hal ini karena kita sebagai warga negara sudah melupakan Pancasila, kita sebagai warga negara sudah tidak lagi menterjemahkan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kemudian ketika kita secara kebetulan atau sengaja masuk ke dalam birokrasi dan menjabat suatu jabatan tertentu, kita tidak lagi mampu memberikan pengabdian. Perilaku kita cenderung menjadi rakus dan mengganyang apa yang bisa diganyang untuk kepentingan pribadi atau golongan. Belum bekerja kita sudah minta naik gaji, belum ada prestasi kita sudah minta fasilitas. Lihat perilaku pimpinan kita yang menunjukan kerakusan, namun itu bukan sepenuhnya salah para pemimpin tersebut. Para pemimpin tersebut ada di dalam posisinya saat ini karena kita semua yang menghantarkannya pada posisi tersebut dan pada dasarnya kita sama tidak sadarnya dengan mereka karena kita semua sudah tidak lagi menterjemahkan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kita semua telah menjadi manusia-manusia yang sangat egois di mana mementingkan kepentingan pribadi atau golongan kita saja, lihat saja penutupan rumah ibadah yang kita lakukan, tindak kekerasan yang kita lakukan atas nama agama. Semua itu adalah merupakan wujud dari keegoisan kita. Keegoisan tersebut membuat kita menjadi manusia-manusia berjiwa kerdil yang tidak lagi menghargai keberagamanan.  Kekerdilan itu yang membuat wawasan kita menjadi sempit, kita memasukan diri kita sendiri ke dalam box-box sempit dan terbatas sehingga perilaku kita pun menjadi penuh batas. Batas agama, batas suku, batas ras dan entah batas-batas apa lagi, dan semua itu yang kemudian melahirkan kekacauan di sana-sini. Semua perilaku arogan yang penuh dengan keabsrudan tersebut harus diakhiri dengan kembali menjabarkan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua harus kembali menempatkan kepentingan bangsa dan negara sebagai prioritas utama di dalam kehidupan kita, kita harus menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan. Kita harus dengan segara menyadari apapun agama kita, apapun suku kita, apapun warna kulit kita KITA ADALAH ORANG INDONESIA. Dan menjadikan Indonesia sebagai negeri aman, makmur dan sentosa adalah merupakan kewajiban kita semua sebagai warga negara. Dan itu semua harus dimulai dari Cinta Terhadap Negeri. “Menari atau menyanyi yang merdu mendekatkan perasaan kita kepada bangsa, sehingga timbullah dengan sendirinya kecintaan pada Tanah Air dan Bangsa itu, hiduplah kemauan akan bekerja dengan gembira, rela, suci dan tulus hati untuk kemegahan Nusa dan Bangsa itu” (R. Sutomo) B.  Cinta Terhadap Negeri “Mari kita buat sanggulnya Ibu Pertiwi Ini seindah-indahnya, secantik-cantiknya. Engkaup bisa memberi bunga apa? Bunga melati? Beri bunga melati. Engkau bisa memberi bunga apa? Bunga mawar? Beri bunga mawar. Engkau bisa memberi bunga apa? Memberi bunga kamboja, berilah bunga kamboja. Engkau bisa memberi bunga apa? Bunga kenanga? Berilah bunga kenanga. Tetapi marilah kita semuanya menyumbang bunga kepada sanggulnya Ibu Pertiwi agar supaya Ibu Pertiwi menjadi seorang Ibu yang secantik-cantinya” (Soekarno) Kita harus banyak belajar dari pemimpin di India yang berhasil membuat gerakan kecintaan terhadap negeri lewat program mencintai produk hasil negeri sendiri, kita semua bisa memulainya dari situ. Pertama mungkin kita perlu membatasi import, pengimportan produk-produk yang tidak penting yang masih dapat diproduksi di dalam negeri sendiri hanya akan mematikan produksi dalam negeri. Lihat saja buah import, lihat saja gula import, lihat saja garam import dan lain sebagainya membanjiri pasar lokal Indonesia, lambat laun produksi dalam negeri akan mati dan semua produk yang kita nikmati merupakan produk import dari negeri orang. Kebijakan pemerintah dalam membatasi import sangat penting. Di sisi lain pendidikan akan baku mutu dan tata cara / tehnik pengemasan juga tidak kalah penting. Pemerintah harus memikirkan ini semua dengan lebih mendalam, lupakan konflik kepentingan sesaat yang hanya menguntungkan golongan, lupakan, lepaskan jubah partai, gunakan jubah kepentingan nasional. Kita semua harus mulai bekerja keras untuk mewujudkan kecintaan terhadap negeri sendiri. Keberagaman pariwisata adalah merupakan anugerah Tuhan untuk bangsa Indonesia yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kita harus mampu mengemas pariwisata kita dan mengedepankan unsur kebudayaan lokal untuk menarik wisatawan mancanegara, namun sebelum itu bisa terjadi kita harus mencintai negeri kita sendiri, kita harus mencintai kebudayaan negeri kita sendiri. Semua itu tidak akan dapat terjadi jika kita semua ingin menerapkan budaya dari negeri orang di negeri Indonesia ini, menerapkan budaya dari negeri asing di Indonesia justeru akan menghancurkan Indonesia. Kita harus kembali menghidupkan simbol-simbol kebangsaan agar ke-Indonesia-an diri tidak hilang atau disingkirkan dengan kesengajaan, simbol-simbol ke-Indonesia-an harus sama-sama kita hidupkan,  harus sama-sama kita jaga agar tetap hidup.  Simbol-simbol tersebut adalah : 1) Bahasa Indonesia 2) Lagu kebangsaan Indonesia Raya 3) Sang Saka Merah Putih 4) Pancasila 5) Semboyan Bhinneka Tunggal Ikka C.  Bangga Menjadi Orang Indonesia “Indonesia bagiku adalah suatu mythos, Saudara-saudara, bukan sekedar  Jawa ditambah Sumatera, ditambah Kalimantan, ditambah Bali, Lombok dan seterusnya. Tidak! Indonesia sebagai kukatakan ,  ialah yang tanahnya ya Indonesia, ya gunung-gunungnya yang indah permai membiru, adalah Indonesia. Awan-awan putih yang berarak adalah Indonesia. Langit biru yang melengkung di atas bumi kita sini itu adalah Indonesia. Sinar mata anak-anak kecil di pinggir-pinggir jalan adalah Indonesia. Lagu-lagu yang dinyanyikan di Cilauteureun itu,  Saudara-saudara, adalah Indonesia. Makanan lezat yang kita makan adalah Indonesia. Segala-segala bagi kita adalah Indonesia. Indonesia bagi kita adalah satu totaliteit daripada segala perasaan-perasaan yang terkandung di dalam kalbu kita ini, yang membuat kita ini rela untuk berjuang, rela untuk membanting tulang, rela untuk berkorban, rela untuk menaiki tiang-tiang penggantungan, rela untuk dibuang di dalam rimba raya buat berpuluh-puluh tahun. Ini adalah Indonesia saudara-saudaraku” (Soekarno) Aku Bangga Menjadi Orang Indonesia adalah slogan yang harusnya terpahat dengan tinta emas di dalam relung jiwa setiap manusia Indonesia, bukan hanya slogan-slogan yang ada di dalam stiker, ada di dalam kaos, bukan hanya slogan yang dibicarakan di seminar-seminar, bukan hanya slogan yang digaungkan di dalam protokoler resmi negara. Namun slogan hidup yang mendarah daging di dalam kehidupan orang Indonesia dari sabang sampau merauke. Dengan kembali mempelajari sejarah bangsa, dengan kembali mempelajari kebudayaan bangsa, dengan kembali mempelajari kebijaksanaan leluhur maka kita semua akan kembali dapat menumbuh kembangkan kebanggaan terhadap negeri tercinta ini. Kita harus mulai membenahi dan menata museum-museum kita sehingga museum-museum kita menjadi tempat bergengsi untuk dikunjungi, kita harus mulai membenahi dan menata peninggalan bersejarah nenek moyang berupa prasasti dan candi-candi agar menjadi tempat belajar. Kita juga harus mulai melakukan explorasi atas peninggalan bersejarah lainnya yang selama ini masih belum tergali, dari sana kita akan melihat betapa luar biasanya nenek moyang kita, dan kita akan menjadi bangga dengan sendirinya terhadap negeri ini karena negeri kita adalah negeri yang besar dengan sejarah yang luar biasa, kalau pun menjadi negeri yang seperti sekarang ini hal tersebut dikarenakan salah urus, dikarenakan kita tidak lagi berpegang pada akar budaya, dikarenakan kita tidak lagi menjabarkan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Kebanggaan itu tidak akan muncul jika kita sibuk mendandani anak-anak kita yang yang masih duduk di bangku sekolah dasar dengan busana dari negeri orang.  Kebanggaan itu tidak akan tumbuh jika kita sibuk mendandani anak balita kita dengan busana keagaamaan. Bukan lantas busana keagamaan dilarang, bukan!  melainkan mampu menempatkan busana nasional di atas busana keagamaan, karena agama adalah urusan individu dengan Tuhan D.  Agama adalah urusan Individu dengan Tuhan Kesadaran bahwa agama adalah merupakan sesuatu yang  bersifat sakral, sangat rahasia yaitu antara pemeluk / hamba dengan Tuhannya, antara aku dengan Tuhanku sangat penting untuk melahirkan manusia-manusia yang berkesadaran akan ketuhanan YangMaha Esa, seperti yang sudah dijabarkan diatas. Agama bukan merupakan sesuatu yang harus dipertontonkan, agama adalah sesuatu yang harus diterjemahkan di dalam kehidupan sehari-hari lewat perilaku mulia dan nilai-nilai kebaikan, bukan lewat busana, sehingga anak-anak kita dapat bergaul dengan siapa saja tanpa harus bertanya apa agama temannya, dari suku mana temannya itu berasal, apa warna kulit temannya tersebut. Sehingga pergaulan kita sehari-hari dapat menumbuh kebangkan persatuan dan kesatuan yang berdasarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. E.  Pergaulan Sehari-Hari Harus Dapat Menumbuh Kembangkan Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Yang ber-Bhinneka Tunggal Ika Pergaulan sehari-hari sangat penting dalam membentuk karakter kita, oleh karenanya timbul istilah yang dipopulerkan oleh Anand Krishna “lebih baik kurang gaul dari pada salah gaul”. Pergaulan sehari-hari kita harus dapat menumbuh kembangkan semangat kebangsaan, oleh karenanya kita perlu bergaul dengan mereka yang juga menghargai semangat kebangsaan. Kita perlu bergaul dengan mereka yang menghargai perbedaan sebagai anugerah Tuhan, sehingga mereka yang bermata sipit dapat bergaul dengan mereka yang bermata belo, sehingga mereka yang berambut keriting bisa bergaul dengan mereka yang berambut lurus, sehingga mereka yang berkulit putih bisa bergaul dengan mereka yang berkulit gelap. Sehingga mereka yang beragama Islam dapat mengucapkan selamat Natal kepada mereka yang beragama Nasrani, dan mereka yang beragama Nasrani dapat menjaga keamanan lingkungan ketika mereka yang muslim sedang melakukan ibadah.  Pergaulan-pergaulan seperti ini yang pada akhirnya akan mempererat persatuan negeri, sehingga setiap anak bangsa dapat saling bahu memajukan bangsanya, dapat saling bekerjasama dalam keharmonisan cinta kasih dan perdamaian. * Bersambung . . . .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun