Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Sebuah Renungan Tentang Pancasila Bag 5

27 Agustus 2011   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26 186 0
“Yang membangunkan masyarakat Indonesia Baru itu bukan Cuma karena otak yang tajam – sebab mudah pula egoistic – tetapi otak yang tajam berserta budi yang tinggi, perasaan yang halus dan susila luhur enz. enz “ (R. Sutomo) Ada yang salah dengan system demokrasi kita saat ini yang berdasarkan voting, di mana suara terbanyak adalah yang menjadi pemenangnya, seperti yang sudah diungkapkan pada bagian awal bahwa system berdasarkan voting seperti itu akan menimbulkan ‘pertarungan’ terbuka, di mana kedua belah pihak akan saling berhadap-hadapan dan cenderung akan melakukan segala cara untuk memenangkan ‘pertempuran’. Dari sisi biaya pun sangat besar, untuk keperluan pemilihan ketua daerah kita harus menghabiskan begitu banyak uang, belum lagi ekses dari pemilihan tersebut. Kekisruhan di akar rumput yang justeru memicu perpecahan. Bangsa kita memiliki system demokrasi yang cocok yang sudah terkandung di dalam Pancasila yaitu Musyawarah Dan Mufakat. Di dalam system voting diperlukan ego yang kuat untuk ‘bertempur’, di dalam musyawarah dan mufakat dibutuhkan egoless sehingga terjadi dialog dari hati, pengorbanan seperti itu hanya dapat terjadi dari jiwa-jiwa yang memiliki kebijaksanaan dan pemahaman akan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. A.  Mengutamakan Kepentingan Negara dan Mayarakat Luas “Korban dan berkorban itu menimbulkan kegembiraan hati dan yang tidak terbatas dan yang tidak mengharapkan buahnya untuk keuntungan diri sendiri karena hasil pengorbanan itu” (R. Sutomo) Di dalam setiap pertarungan politik harus dikedepankan kepentingan terhadap Negara dan masyarakat luas, bukan hanya kepentingan sempit partai dan golongan. Hal ini tidak akan dapat tercapai dengan demokrasi ala voting, kita dapat mencapai hasil maksimal yang tebaik bagi kepentingan negara dan masyrakat dengan cara musyawarah dan mufakat, sehingga semua pihak dapat diakomodir kepentingan dan visinya. Sistem suap dan manipulasi selalu mewarnai setiap pemilihan umum yang kita selenggarakan, hal ini menandakan sangat egoisnya diri kita, demi tercapainya sebuah tujuan kita menghalalkan segala macam cara, lantas bagaimana mungkin seorang yang sangat egois tersebut dapat mengakomodasi kepentingan rakyat umum? seperti yang kita lihat saat ini pemimpin kita masih bekerja menggunakan jubah partai meski seharusnya mereka menggunakan jubah nasional dan kepentingan bersama. Di sisi lain mereka yang kalah dalam ‘pertarungan’ politik tidak dapat menerima kekalahan, mungkin disebabkan karena uang yang dikeluarkan sudah terlalu besar, kemudian mereka mengerecoki / membuat ulah dengan segala cara agar mendapat bagian ‘kue’ pemerintahan, dan lagi-lagi ketika mereka mendapatkan bagian dari ‘kue’ tersebut mereka tidak mampu melepaskan jubah partai. Sehingga yang terjadi adalah pemerintahan sarat dengan kepentingan jangka pendek partai dan penuh dengan konflik kepentingan. Kita semua harus kembali mau dan mampu untuk duduk bersama merumuskan segala sesuatu yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat umum dengan cara musyawarah dan mufakat, mencari jalan terbaik bagi semua persoalan bangsa dengan musyawarah dan mufakat. Semua pihak harus menyadari akan hasil dari musyawarah dan mufakat tersebut dan melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab untuk kepentingan negara dan masyarakat luas.“Korban dan berkorban itu menimbulkan kegembiraan hati dan yang tidak terbatas dan yang tidak mengharapkan buahnya untuk keuntungan diri sendiri karena hasil pengorbanan itu” (R. Sutomo) B.  Bertanggungjawab Di hadapan Tuhan Yang Maha Esa “. . .bahwa tanah air adalah Amanat Tuhan kepada kita. Tuhan memberi kepada kita tanah air. Kita dilahirkan, bukan di awang-awang kataku,  bukan di Amerika. Kita dilahirkan bukan di Jepang. Kita dilahirkan di sini, Indonesia ini. Itu berarti bahwa Indonesia ini sebaik-baiknya, sebab kulahirkan engkau di Indonesia ini, buatlah Indonesia ini semerdeka-merdekanya dari ikatan-ikatan asing, oleh karena Aku lahirkan engkau di Indonesia ini. Aku lahirkan engkau di Indonesia, engkau bertanggungjawab atas Indonesia ini. . .” (Soekarno) Kesadaran akan Ketuhanan Yang Maha Esa akan membuat kita berbuat baik dan memutuskan dengan bijak berdasarkan nurani yang luhur. Oleh karenanya hasil keputusan di dalam musyawarah dan mufakat itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya demi kepentingan bangsa dan negara dan semua itu mampu dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa tanpa adanya paksaan atau ancaman hukuman. Menjadi malu jika tidak berhasil mengemban tugas dengan sebaik-baiknya yang disebabkan oleh kemalasan, menjadi malu jika menyelewengkan kepercayaan yang sudah diamanahkan, menjadi malu jika mencuri kekayaan negara, menjadi malu jika membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Budaya malu seperti ini akan timbul dengan sendirinya jika kita semua menyadari kehadiran Tuhan Yang Maha Esa di dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan menyadari kehadiran Tuhan Yang Maha Esa di dalam kehidupan sehari-hari kita akan mampu bertanggungjawab terhadap tugas apapun yang diamanahkan kepada kita, akan timbul semangat pengabdian terhadap nusa dan bangsa dengan sendirinya sehingga semua pekerjaan kita adalah merupakan buah karya persembahan untuk Tuhan Yang Maha Esa adanya. Karena Indonesia adalah merupakan anugerah Tuhan untuk kita semua yang lahir di Indonesia dan merupakan tanggungawab buat kita semua untuk merawat Indonesia. C. Terpimpin Oleh Harkat Dan Martabat Manusia Serta Nilai-Nilai Kebenaran Semuanya harus dimulai dari kesadaran diri sendiri tentang kasih sayang, kesadaran diri sendiri akan kasih sayang inilah yang akan melahirkan harkat dan martabat manusia berdasarkian nilai-nilai kebenaran, berbuat benar adalah merupakan aktifitas keseharian tanpa paksaan, sehingga kita akan selalu terpimpin dan dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam mengemban tugas sehari-hari dan menjalankan amanah rakyat untuk kepentingan Bangsa dan masyarakat luas. Setiap elemen bangsa akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan penuh dengan cinta untuk mencapai kesejahteraan bersama di dalam berbangsa dan bernegara, seorang petani tidak akan merasa rendah dengan pekerjaan / profesinya, ia menyadari tanpa profesinya, tanpa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik maka pembangunan negara akan terhambat, sehingga pemerintah masih harus memikirkan cara mencukupi kebutuhan pangan lewat jalan import. Seorang pejabat akan merasa malu menggunakan gajinya yang besar di mana petani-petani masih hidup didalam garis kemiskinan, ia sebagai pejabat akan berupaya untuk membuat regulasi / kebijakan agar petani dapat menikmati hasil keringatnya, ia sebagai pejabat akan berupaya agar kebutuhan pangan nasional dapat tercukupi oleh hasil negeri sendiri tanpa harus import, kalaupun masih harus import maka akan menerapkan regulasi / kebijakan import dengan sangat berhati-hati sehingga petani-petani tidak dimiskinkan karena kebijakan tersebut. Bagi para pedagang dan pengusaha menyadari betul bahwa kesejahteraan dirinya tidak terpisah dari kesejahteraan para pekerjanya, jika pekerjanya sejahtera maka dirinya pun turut sejahtera pula, oleh karenanya ia akan memperhatikan para pekerjanya sehingga para pekerjanya dapat mencintai pekerjaannya dan bekerja sebaik-baiknya secara maksimal. Bagi para pekerja pun menyadari tanggungjawabnya tidak akan bermalas-malasan bekerja berdasarkan jam kerja, bahkan sering kali menyia-nyiakan waktu sehingga pekerjaan yang harusnya dapat diselesaikan dalam waktu 3 jam baru terselesaikan dalam waktu 6 jam. Para pekerja menyadari bahwa jika perusahaannya maju dan makmur, maka kemakmuran tersebut akan berdampak pada dirinya sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Sepeti itulah kesadaran yang terpimpin oleh harkat dan martabat manusia sehingga mampu melahirkan kebenaran dan prrilaku adil di dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya paksaan atau ancaman sanksi hukum. * Bersambung . . . . .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun