Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Binaran Cahaya Cinta Dibening Bola Mata Ayah

21 Juli 2011   04:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30 120 0

Namun ayahku tetap menjadi dirinya, disukai,dicaci bahkan hingga difitnah ayahku tetap menjadi dirinya sendiri. 2 tahun belakangan ini adalah tahun yang berat untuk ayah, dan juga untuk keluarga besar kami. Semenjak sekelompok orang yang tidak suka dengan kejujuran yang selalu ayah sampaikan menyerang dan merekayasa, sehingga ayah harus menghadapi permasalahan hukum yang sama sekali tidak masuk akal. Namun keabsrudan kondisi negeriku saat ini sudah mengakar hingga keaparatur hukum, sungguh sulit mencari keadilan, sungguh sulit untuk meneggakan keadilan di negeri ini. 2 tahun ini kutatap wajah dewi keadilan penuh borok dan nanah yang membuatku muak hingga muntah, 2 tahun ini kutatap rumah agung keadilan menjadi kumuh dan suram, sesuram malam ditegah belantara negeri yang dihuni oleh raksasa. Namun tiada yang tidak berputar, semua sedang berputar, karena perputaran inilah hukum kehidupan, malam inipun akan menjadi pagi. Suram dan kekumuh-an rumah agung keadilan akan kembali di sirami oleh cahaya mentari manakala manusia menyadari bahwa segalanya sedang berubah berubah menuju yang lebih baik, karena saat ini kondisi peradilan kita sudah ada pada posisi terburuk, maka bandul perubahan akan menggesernya kearah yang lebih baik, semoga secepatnya!. Sehingga tiada lagi anak manusia negeri ini yang dipermainakan dan dimajukan ke meja persidangan dengan tuduhan sama sekali yang tidak dapat dibuktikan bahkan ditingkat pemeriksaan.

Ayahku tetap berdiri, meski sering kali aku jumpai tubuhnya terasa lelah sekali. Siapa yang tidak menjadi lelah menghadapi permainan seperti ini ?,

Hari kemarin aku merasakan detak jantung ayah lelah sekali,

Sebagai seorang anak, aku marah, ingin kurobek dada mereka dan merenggut jantung mereka dan menjejalkanya kemulut busuk penuh kebohongan dan fitnah, namun ketika ku tatap wajah ayah. Amarahku lumer seperti bongkahan es yang tersentuh cahaya mentari, cairan meleleh kembali memadamkan bara api yang mulai membakar kesadaran diri, senyum ayah kembali menyadari diriku akan nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai kemanusiaan inilah yang membuat aku dan keluarga besar tetap berdiri menghadapai badai fitnah yang mendera dari segala penjuru, tak dapat dipungkiri badai ini berhembus dengan amat kerasnya membentur-bentur hingga kedalam sumsum, namun kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang ayah tanamkan kepada kami-lah yang membuat kami tetap tegak berdiri tak tercerai beraikan.

Kemarin, meski dalam kondisi lelah. Manakala kutatap wajah ayah, dan memandang bola-bola bening mata ayah, kembali binaran bening bola mata ayah membinarkan cahaya cinta. Cinta itulah kekuatan ayah, cinta itulah yang membentuk ayah, cinta itulah sumber kekuatan ayah. Cinta… cinta dan cinta itulah yang tetap mempersatukan kami.

Innalillahi wa inna ilaihi Rajiun,

Segalanya kembali dan berpulang kepadaMu Ya Rabb

Kuserahkan kebencian, kuserahkan amarah, kuserahkan kesombongan bahkan ke-aku-an egoku ini pun aku serahkan

Aku serahkan kepadaMu Ya Rabb

Dan didalam rahim semestamu semua itu terdaur ulang

Karena Engkau adalah Sang Pendaur Ulang Sejati

Semua terdaur ulang menjadi cinta begitu menyentuh rahimMu

Karena Engkaulah Sang Pencipta Sejati

Semua terdaur ulang menjadi cinta

Dan hanya cinta

Dan,

Kemudian Engkau sirami cinta itu ke bumi

Agar menjadi berkah untuk siapa saja

Yang mau membuka dirinya untuk anugerah terindah

Anugerah terindah dalam kehidupan manusia

Cinta,

Cinta,

Dan cinta

Amin Ya Rabbal Alamin

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun