Ada 2 interaksi yang terjadi antara 2 jiwa begitu seseorang sudah terikat karena pernikahan:
Yang pertama, salah satu pasangan - biasanya suami - bagaikan mendapatkan mangsa di dalam perangkap yang telah dibuatnya saat pacaran. Lalu pernikahan dijadikannya sebagai "tempat pembantaian" yang digunakan untuk sarana perendahan, penyalahan, pelampiasan emosi-emosi, pengendalian, dan untuk mendapatkan "kekuasaan."
Yang kedua, suami atau istri terbangkitkan kembali ingatan-ingatan masa lalu saat bagaimana ayahnya atau ibunya memperlakukannya, atau ingatan-ingatan saat ayahnya memperlakukan ibunya atau ibunya memperlakukan ayahnya. kemudian, ingatan-ingatan - yang tetap tersimpan di dalam bawah sadar - ini menjadi cara mereka dalam berinteraksi dengan pasangannya. Bila mereka tidak bisa saling mengekpresikan diri atau terbuka pada pasangannya, itu adalah interaksi yang mereka lihat dan terjadi di dalam keluarganya ketika mereka masih kecil.
Cinta yang membuat 2 jiwa memutuskan untuk bersatu. Tapi bukan cinta yang membuat sebuah penyatuan 2 jiwa tetap bertahan. Kalau pun bertahan, di dalamnya selalu ada kepura-puraan.
Supriyatno
Counselor,Trauma Therapist, Freelance Writer, Founder of Peduli Trauma
http://www.wix.com/supriyatno/personalsite
http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma/
E-mail: pedulitrauma@gmail.com