Efek kekerasan seksual pada anak dan remaja dapat dibuktikan secara emosional, fisik, dan perilaku. Efek tersebut bisa merusak walaupun hanya terjadi satu kejadian atau kejadian yang berulang. Kekerasan seksual tidak dapat disamakan karena masing – masing pengalaman kekerasan seksual sangat berbeda.
Faktor kerentanan
Anak – anak sangat rentan akan kekerasan seksual karena umur, ukuran tubuh, dan kepolosan. Bila seorang anak atau remaja dilecehkan, ia akan belajar bahwa orang dewasa tidak dapat dipercaya untuk perhatian dan perlindungan yang dibutuhkan; kesejahteraannya diabaikan, kurang adanya dukungan dan perlindungan. Hal di atas mengarah pada kesedihan, depresi, amat ketergantungan, ketidakmampuan menilai kepercayaan pada orang lain, curiga, kemarahan dan permusuhan. Dan tidak cukup hanya sampai di situ, tubuh anak akan merespons pada kekerasan seksual, membawa rasa malu dan rasa bersalah.
Hal – hal untuk dipertimbangkan:
Anak/remaja tidak mampu melindungi diri mereka sendiri dan menghentikan kekerasan
Anak/remaja rentan akan bujukan
Anak/remaja rentan akan tipu muslihat penyerang
Sering kali anak/remaja tidak dapat mengendalikan tubuh mereka sendiri
Sering kali semua anak/remaja tidak mampu meyakinkan orang lain
Faktor – faktor di atas mengarah pada:
- Kecemasan
- Ketakutan
- Rasa malu
- Perasaan kekurangan pada dirinya
- Keinginan mengendalikan situasi dan orang lain
- Persepsi diri sebagai korban
- Identifikasi dengan penyerang
Efek emosional dan fisik pada kekerasan seksual
Anak – anak yang dilecehkan mengalami banyak kehilangan, termasuk:
- Harga diri dan nilai diri
- Kepercayaan
- Masa kecil, termasuk kesempatan bermain dan belajar
- Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara normal
- Keintiman
- Kontrol tubuhnya
- Pengasuhan dan kasih sayang yang normal
- Keselamatan dan keamanan
Efek perilaku pada kekerasan seksual
- Mimpi buruk, phobia dan perilaku seperti menggigit kuku dan ngompol
- Belajar membuat masalah
- Gelisah, yang menempatkan anak pada resiko kekerasan dan ekploitasi berikutnya
- Keluhan psychosomatis seperti sakit perut dan sakit kepala
- Aktifitas seksual sebelum waktunya – seorang anak tahu lebih banyak daripada yang seharusnya diketahui tentang aktifitas seksual; anak mungkin mempunyai kebiasaan merayu
- Pada anak kecil, sebuah keasikan tersendiri dengan organ seksualnya sendiri, orang tua dan orang lain – sering ditunjukan dalam bahasa dan seni
- Kebiasaan mengancam dan menyerang
- Perubahan yang tiba – tiba pada kebiasaan makan dan atau tidur
- Depresi dan kecemasan
- Mengisolasi diri
- Terobsesi pada perilaku baik
- Perilaku kompulsif
- Gangguan dalam pertemanan
- Perilaku anti sosial
- Enggan berpartisipasi dalam aktifitas sosial
- Melarikan diri
- Bolos sekolah
- Dissociation – mungkin menyebabkan multiple personalities
- Kebiasaaan yang berbahaya seperti ngebut, mencuri dan tindak kejahatan lainnya
- Kejam pada binatang
- Penggunaan obat terlarang dan alkohol
- Menghindari konfrontasi
- Menyakiti diri sendiri, termasuk menyayat dan membakar
- Perilaku paranoid
- Asik dengan aktifitas seks
- Perilaku seks dengan siapa saja
- Perilaku kompulsif dan agresif
- Perilaku seks merusak diri dan prostitusi
- Pada masa dewasa, disfungsi seksual – menghindar atau reaksi phobia pada hubungan intim
- Menjadi pelaku (abuser)
- Berusaha dan melakukan bunuh diri
Efek kekerasan seksual pada anak dan remaja terkait langsung pada kehidupan mereka sebelumnya, selama dan setelah kontak seksual dan dapat berlangsung lama setelah kejadian kekerasan seksual berhenti.
Supriyatno
Counselor,Trauma Therapist, Freelance Writer, Founder of Peduli Trauma
http://www.wix.com/supriyatno/personalsite
http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma/
E-mail: pedulitrauma@gmail.com