Mohon tunggu...
KOMENTAR
Medan

Kopi Sauqi Sunggal Kanan

6 Januari 2024   02:22 Diperbarui: 6 Januari 2024   05:42 199 2
Sejak tahun 2009, memduduki bangku kuliah, sambil menunggu, saya sering duduk di Kedai Kaca dikeranakan kedai itu, dibagian depannya memakai kaca, untuk mengopi, kopi hitam adalah minuman yang ada, selain dari pada itu, wamar juga tempat saya, menunggu untuk jam masuk kuliah, kedua kedai ini, berada di jalan gang masuk dari Jalan Jamin Ginting, atau dikenal SUMBER, dulunya jalan ini, jalan akses masuk PAJAK Universitas Sumatera Utara, tapi sekarang Pajak USU (PAJUS) sudah pindah, dikarenakan terjadi kebakaran di areal kampus atau dilokasi PAJUS di USU.Sewaktu SMA, Kedai Kopi tidak menjadi perhatian dimasa itu, kita hanya biasa bermain bergaul dikalangan anak sekolah pada umumnya dengan makanan atau jajanan anak sekolah, diwaktu setelah selesai sarjana hukum, kedai kopi adalah tempat pertemuan pada teman-teman kuliah, dan trend pada waktu itu, minum kopi di Ulee Kareng.

Diwaktu kuliah ditahun 2014, bertemu banyaknya teman kuliah berasal daerah dari banda aceh, lhoksemawe, melaboh, kedai kopi adalah tempat pertemuan yang dominan, dari teman-teman kuliah, diwaktu itu, beberapa kali, saya mengajukan pendapat untuk membuka kedai kopi di daerah cempaka, dengan abang senior, bernama bang fitrah, dan menawarkan tukang saring kopi di beberapa kedai kopi di ringroad, tetapi barista atau tukang sari kopi atas lokasi yang saya milik dengan satu ruko, tukang saring tidak mau untuk membukanya, dikarenakan tidak leluasa, kalau ruko tempat usaha minimal 2 (dua) ruko.

Di tahun 2022, kedai kopi menjadi pilihan untuk suatu bisnis, saya betemu dengan kawan lama dengan adanya keluarga yang memilki rekan kerjanya itu, adalah abangan di dunia kerja, kebetulan dia memiliki Kedai Kopi bernama Arista Kost Kopi, dari sinilah saya belajar mengenai banyak menu kopi, kemudian saya ikut pelatihan pengusaha Kedai Kopi dengan HARRY RISANDI. Dan saya merupakan angakatan XI (sebelas) diwaktu itu,

Selain menggikuti kelas Penguasa Kedai Kopi, saya belajar dan menggeluti dunia kopi belajar dengan Pemilik Kedai Kopi Arista Kost Kopi, lain dari pada itu, dulu didepan kantor saya  peribadi ada anak kelas Pengusaha Kedai Kopi Harri Sandi yang satu Angkatan dengan saya, membuka Kedai Kopi Bernama MULA KOPI, kita sama-sama anak USU dan sama-sama bermarga Tarigan, itu kebetulannya.

Lain dari pada itu, Kopi Sauqi yang diberikan sebagai nama USAHA, nama ini, adalah anak pertama saya, Kedai Kopi Sauqi ini, juga perjuangan untuk sebagai kasih sayang anak kepada orang tua, yang sudah usai masa kerja sebagai abdi negara, yang harus Kembali kemasyarakat, dan mulai beraktifitas dan tetap kreatif.

Saya adalah bukan merupakan keluarga yang bergelut di dunia usaha kopi, kesulitan yang saya ketemui cukup banyak dan berlatih mengenal berbagai istilah-istilah dalam dunia usaha membuat tidak bersemangat, apalagi terlalu banyak materi kopi, dan bahan-bahan baku, cukup banyak yang harus dikuasai.

Di usaha kopi, baru kali ini, saya merasakan setelah grinder si kopinya, wajib ditmbang, kemudian hampir semua bahan dalam satu gelas minuman wajib ditakar, untuk menentukan rasa kopinya.

Menggunakan mesin press kopi Italy, dengan suhu tertentu dengan waktu tertentu, dihitung sejak pertama kali netes si espressonya ke wadah yang disediakan, disitulah kita menghitung untuk menentukan terhadap hasil ekstraksi si kopinya baik atau tidak, kata itu adalah nama kegiatannya baristanya kalibrasi, (penyesuaian si mesin kopi dengan grinder size dan hasil ekstaksi sesuai tidak dengan standar espresso ), kalibrasi ini, adalah yang paling membuat sering pusing bagi pemodal pas-pasan seperti saya, kopi kisaran dulu Rp.180.000.00,/ 1 kilo, full arabica dan bahan untuk kalibrasi butuh setengah kilonya, cukup mahal untuk membuat espresso enak atau si Kopi Enak.

Yang paling sulitnya lagi bagi pemula, selain permasalahan dalam membuat gramasi menu, kesulitan yang palling fatal adalah susu Fresh Milk yang terlambat datang atau ketersediaan di lapangan tidak ada stok, kemudiam si Roster Kopi, lambat memberikan pesanan kopi atas kebutuhan kita, sehingga dapat membuat usaha kedai kopi sangat memuakkan, dalam situasi ini.

Tetapi kejadian seperti itu, sebagai hambatan adalah jalan untuk suatu perbaikan atas kebutuhan usaha, belajar adalah solusi terbaik, untuk bijak mengambil Langkah, pada waktu itu saya, berusaha untuk membeli MINI Roster SUJI 100 gram, sebagai alternatif membantu meroasting kopi.

Setelah itu, kita tidak membeli roasbean lagi kepada orang lain, melainkan kita membuat sendiri, dan memilih biji berkualitas untuk kebutuhan kedai.

Sebagai pemula, banyak lika liku perjuangan, apa lagi  kedai kopi kita, di Desa, ada tantangan tersendiri, adanya pertanyaan besar, mengapa kedai kopi seperti ini, berada dilokasi seperti ini, kedai kopi kita, berada DI DESA SUNGGAL KANAN, DELI SERDANG, kampung ini, sangat sunyi tidak sebagai primadona tempat bermain pada muda mudi, atau tempat pertemuan muda-mudi, itu tidak ada, selain di Mesjid

Pertemuan orangtua untuk bercerita-cerita juga tidak ada, selain di perwiritan, sunggal kanan, sebelum adanya tempat tahpiz quran yang di bina oleh Ustad Habibi dan tempat pengajian anak yang dibina Ustad Fadil, sunggal kanan, sungguh seperti tidak berpenduduk, pagi hari masyarakatnya pergi berkerja, malam baru pulang kerumah, untuk bertemu sama penduduk sekitar hanya dimesjid, yang berkeliaran diwaku siang dan malam hari setelah selesai sholat isyah, adalah para penjual narkoba dan para pencuri, dan para pencuri dan penjual narkoba cukup terang-terangan.

Seiring waktu sunggal kanan bergeser menjadi lebih agamis, karena adanya kegiatan Majelis dan kegiatan Pengajian, dan adanya tahfis qur an.

Kedai Kopi Sauqi 10 meter dari masjid, 20 meter dari tempat pengajian, 100 meter dari tempat tahfis qur an, jadi kedai kopi sauqi sunggal kanan di keliligi dengan orang-orang agamis.

Mudah-muhdan kedai kopi sauqi adalah tempat pertemuan para persekutu, menceritakan bidang-bidang bisnisnya, membicarakan tentang ekonomi politik, hukum, agama, serta bagaimana pergeseran nilai budya nasional yang tidak adanya lagi menjadi minat oleh muda mudi milenial sekarang.

Sehingga sunggal kanan, maju masyaratnya, menjaga erat dalam menjalin silatutahmi cara persekutuan.





 



 


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun