Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Masa balita merupakan periode yang penting karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat diantaranya adalah pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental dan sosial yang dialami balita tersebut. Sehingga, balita mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003, Prevalensi gizi kurang balita di DKI Jakarta masih cukup tinggi sekitar 10% di atas angka nasional (13%). Demikian pula proporsi gizi buruk balita di DKI Jakarta hampir setengahnya yaitu 2,9% dari angka nasional (5,4%). Selain itu, persentase keluarga yang kurang mengonsumsi energi (63,9%) sedikit lebih besar di atas angka nasional (59%). Hampir seluruh keluarga di DKI Jakarta kurang mengonsumsi sayur dan buah (95,5%), bahkan sedikit melebihi angka nasional (93,6%).
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, Supri Hartini, salah satu mahasiswa S1 Gizi Universitas Negeri Semarang melakukan kegiatan PKL Gizi Masyarakat dengan upaya pencegahan balita status gizi kurang di wilayah RT005/RW006 Kelurahan Papanggo Kecamatan Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Pemecahan masalah yang dilakukan edukasi gizi dan pengukuran antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) balita secara home visit dengan mengunjungi masing-masing rumah sasaran. Pelaksanaan intervensi dilakukan pada Sabtu, 4 September 2021. Materi yang disampaikan saat edukasi gizi yaitu pengertian status gizi, pedoman gizi seimbang, empat pilar gizi seimbang, pentingnya mencukupi kebutuhan gizi balita, akibat kekurangan gizi pada balita, tumbuh kembang anak, dan contoh pengukuran antropometri (BB dan TB) serta pemutaran video edukasi gizi mengenai gizi kurang pada anak.
Metode yang digunakan adalah eksperimental sungguhan (true eksperimental) yaitu dengan memberikan perlakuan atau intervensi kepada sasaran. Serta pemberian pre test dan post test untuk mengetahui perubahan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan intervensi gizi yang telah dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu balita mengenai gizi seimbang dan peningkatan Berat Badan dan Tinggi Badan balita. Selain itu, terdapat perubahan perilaku balita dalam mengkonsumsi sayur setelah diberikan edukasi gizi. Evaluasi dari hasil program tersebut yaitu perlu dilakukan intervensi lanjut untuk pemantauan status gizi balita.
Kegiatan program PKL yang dilakukan oleh Supri Hartini mendapat respon positif dari masyarakat, terutama Ibu balita. "Programnya bagus mba, sangat bermanfaat untuk saya dalam memperhatikan status gizi anak saya. Jarang banget dapet edukasi kayak gini. Terima kasih ya mba." -Ujar Ibu Fadli.