Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Membaca Lebih Dekat Suporter dan Pemain Masa Lalu Hingga Sekarang

19 November 2012   07:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:04 1272 1
Salam Suporter Indonesia Intelektual


Anda masih mengingat nama-nama ini ?

~ Purwo Adi Utomo.
~ Lazuardi.
~ Rangga Cipta Nugraha.
~ Dani Maulana.

Juga kejadian yang terkait dengan diri mereka ? Sekaligus apakah, hal tersebut mampu menjadi sesuatu makna dan penuh hikmah?, bahkan
pegangan visi misi Anda sebagai seorang suporter sepakbola Indonesia ?

~ Purwo Adi Utomo,
Dia adalah pelajar klas III SMK Negeri 5 Surabaya, yang tewas terinjak-injak dalam peristiwa pertempuran suporter Bonek ( bondo Nekad / Bondo dan Nekad ) versus aparat kepolisian sehabis laga Persebaya melawan Persija Jakarta dalam lanjutan IPL di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambak Sari, Surabaya (3/6/2012).

~ Lazuardi (29),
~ Rangga Cipta Nugraha (22),
dan,
~ Dani Maulana (16).
Darahnya membasahi bumi setelah dianiaya suporter Persija Jakarta usai pertandingan classik yang sangat panas antara Persija Jakarta dan Persib Bandung dalam lanjutan ISL, Minggu (27/5/2012) di stadion Gelora Bung Karno.

Tetapi apakah kalian juga masih ingat nama Suhermansyah ? Beri Mardias ? Juga nama Fathul Mulyadin ? Bisa jadi, kalian tidak lagi mengingat siapa mereka. Bisa jadi, semua nama-nama di atas
dalam hitungan minggu atau bulan dan tahunan, langsung menghilang selama-lamanya dalam ingatan publik, sepakbola Indonesia. Kejadian yang membuat mereka terenggut nyawanya, akan mudah kita lupakan. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Catatan kelam wajah kita. Negara Indonesia, suporter Indonesia dan juga publik
sepakbolanya, kelihatanya tidak suka atau
tidak memiliki tradisi untuk mendokumentasikan
beragam peristiwa sepakbola yang terkait
dengan diri masing-masing.

Masihkah kalian ingat nama besar Mursyid Effendi, si pelaku sepakbola gajah dalam perempat-final Piala Tiger 1998, 31 Agustus 1998, di Hanoi, ibukota Vietnam ?

Catatan hitam itu terjadi sewaktu timnas Thailand
yang melawan timnas Indonesia, yang sama sekali
tidak memerdulikan lagi etika dan nyawa olahraga itu sendiri, yaitu sportivitas, dengan seenaknya justru berusaha mati-matian agar tim mereka
memperoleh kekalahan pada akhir pertandingan. Tujuan liciknya, agar mereka terhindar untuk bersua dengan sang tuan rumah di semi-final.

Ceritanya, saat skor 2-2 saat masa babak tambahan, pemain Indonesia, Mursyid Effendi, berhasil menembakkan bola ke arah gawangnya sendiri. Kiper Indonesia saat itu tidak niat untuk berusaha menepis. Tetapi justru, malahan banyak para pemain Thailand yang berusaha menjaga gawang timnas Indonesia agar tidak kebobolan. Sungguh ironi, kejadian ini sama sekali tidak dijadikan suatu pelajaran bagi cabang olahraga lainnya, anda tahu kejadian bulu tangkis kemarin yang akhirnya Indonesia dan Korea dinyatakan wasit " kartu merah, sehingga dipaksa pulang. Mereka tak berniat bermain untuk menang, tapi berniat untuk kalah, seakan-akan harga diri fair play lebih mulia jauh dengan mendapatkan gelar piala. Bentuk cacat seperti ini seharusnya tidak dimiliki oleh mereka para pemain profesional di era sekarang dan seterusnya.

Peristiwa kelabu menimpa sepakbola yang paling mutakhir adalah dibantainya timnas Indonesia oleh Bahrain dalam kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion Nasional Bahrain (29/2/2012) . Skornya cukup telak : 10-0.

Masyarakat sepakbola dunia, khususnya Asia, beranggapan bahwa pertandingan di Stadion Nasional Bahrain itu adalah lelucon terburuk di zaman sepak bola modern saat ini. Hingga akhirnya dijadikan bahan hujatan, makian dan kebencian hasutan oleh PSSI tandingan yakni KPSI lover's. Mereka bukan berjiwa negarawan yang setia kepada negara apapun yang terjadi, akan tetapi mereka berjiwa senang saat timnas menuai kekalahan, dan malu saat timnas menuai kemenangan, itulah KPSI lover's.

Ada lima catatan terkait “kontroversi” itu, antara lain :

1. Indonesia menurunkan skuad muda di kualifikasi Piala Dunia ( akibat dualisme PSSI-KPSI ),
2. Wasit memberi penalti untuk Bahrain saat laga
baru berusia tiga menit,
3. Wasit mengganjar kartu merah untuk kiper Indonesia di menit ketiga,
4. Wasit menghadiahi penalti untuk
Bahrain sebanyak lima kali dan Bahrain
mencetak 10 gol.

Jangan amnesia. Sebagai publik sepakbola dan manusia pembelajar yang memiliki kepribadian ingin terus berkembang, perihal buruk yang terjadi didalam dunia sepakbola kita, tidak sepantasnya mudah untuk kita lupakan begitu saja. Kita wajib mengenang dan dijadikan pelajaran ke depan.

Demikian juga, sewaktu kita merasakan suatu kesenangan canda tawa. Kita harus mencatatnya pula. Bisa di buku harian, syukur-syukur di blog, sehingga apa yang ada dalam gagasan pikiran dan merasakan tentang kejadian berbagai moment sepakbola dalam hidup kita, dapat diabadikan. Dan dapat dibagikan.

Kelihatannya tindakan mencatat itu sebagai hal yang kecil, remeh-temeh dan tak penting. Tetapi inilah letak esensi bila Anda ingin menjadi suporter sepakbola yang tidak melupakan sejarah.

Tim yang kita dukung mungkin prestasinya begitu-begitu saja, jalan ditempat, kisruh, tetap memble, atau pun tidak bisa meraih juara,

Akan tetapi di masa depan itu, percayalah, kita akan hadir sebagai kepribadian dengan kelas yang telah naik sekian divisi.

Percayalah, kita suporter yang tetap setia mendukung apapun hasilnya, semoga saja timnas kita menjadi juara AFF 2012 dengan gagah dan berani.

Salam Suporter Indonesia,

http://suporter.blogspot.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun