Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Elegi Juarai Main Gaple Metode Curang Berhadiah Sabun Cukup untuk Satu Tahun

10 September 2021   15:09 Diperbarui: 10 September 2021   15:11 616 2
Lomba Curang main gaple, Setahun Tak Membeli Sabun Cuci dinukilkan oleh Ruhiman Saan asal Lubuk Langkap kini bermukim di Yogyakarta.
---------------------------------------

Permainan domino (gaple) begitu dikenal di Nusantara. Tak sekedar hiburan belaka, permainan ini bahkan sering diperlombakan tingkat lokal hingga nasional.

Tak terkecuali di tanah kelahiranku Dusun Lubuk Langkap, Desa Sukamaju, Air Nipis, Bengkulu Selatan, permainan ini begitu memasyarakat. Baik seputar dusunku hingga ke seluruh pelosok Provinsi Bengkulu.

Saya sendiri sebagai penulis tidak mengetahui persis sejarah kapan dan dimana permainan ini diciptakan. Namun seingatku, sejak saya kecil permainan ini sudah ada. Hingga kini pun permainan domino tetap digemari masyarakat.

Di wilayah kampung halamanku, permainan ini selalu digunakan di tingkat dusun, desa, kecamatan dan lainnya. Permainan ini bukan sekedar dilakukan saat kumpul beberapa warga diwaktu senggang, tapi sampai diperlombakan. Perlombaan biasanya dilakukan saat resepsi pernikahan, peringatan hari kemerdekaan, dan lain sebagainya.

Namun khusus pada acara pernikahan, permainan lomba domimo seakan sudah menjadi tradisi di tanah kelahiranku; baik di dusunku maupun dusun-dusun lainnya.

Kendati sebagai tambahan acara hiburan, perlombaan domino selalu hadir di setiap malam resepsi pesta pernikahan maupun pesta-pesta lainnya.

Tujuannya selain meramaikan lokasi acara  pesta maupun rumah penggelar pesta, kegiatan ini juga sebagai ajang silaturahmi sanak keluarga yang hadir.

Khusus dalam perlombaan domino, tuan rumah selalu menyediakan hadiah. Mereka yang menerima hadiah adalah pemain yang menjejak final, yakni juara I dan juara II untuk permainan pasangan serta juara I, II, III dan IV untuk permainan sendiri-sendiri.

Adapun nilai hadiah yang diterima para pemain, biasanya untuk juara I dan II lebih tinggi dari juara III dan IV. Besaran nilainya tidak ditentukan, tapi disesuaikan dengan kemampuan tuan rumah pemilik hajatan.

Perlombaan domino ini sendiri biasanya memakan waktu cukup lama. Hal ini mengingat jumlah peserta yang biasanya cukup ramai. Rata-rata perlombaan memakan waktu enam sampai sembilan jam. Hal itu tergantung jumlah peserta yang mendaftar kepada panitia lomba. Jika pesertanya ramai, perlombaan yang dimulai pukul 22:00 bisa baru selesai pukul 07.00.

Membahas tentang perlombaan domino ini, lekat dalam ingatan saya ketika saya masih duduk di kelas II SMP kisaran tahun 1995. Saya memiliki saudara sekaligus teman dan juga Sabahat saya bernama Muhadi bin Warman.

Saat itu di Dusun Sukamaju terdapat warganya yang menggelar pesta pernikahan. Di malam resepsi pesta pernikahan itu, selain digelar acara hiburan adat Bimbang Malam--hiburan adat tari-tatian budaya masyarakat Bengkulu Selatan--juga digelar perlombaan domino.

Informasi yang kami dengar dari beberapa warga, ada hadiah besar yang akan diberikan tuan rumah kepada pemenang juara I. Juara I meliputi dua orang karena jenis permainan yang akan digunakan adalah lomba pasangan.

Mendengar itu, saya dan Muhadi begitu penasaran. Kami berdua sangat terobsesi merebut kemenangan permainan itu.

Namun bagaimana caranya? Kami harus mengalahkan para pemain-pemainan berpengalaman. Sedang kami berdua sendiri adalah anak ingusan--baru umur 14 tahun.

Kami kami berdua sepakat membuat skenario curang. Kecurangan dalam permainan ini sendiri akan kami gunakan selama perlombaan. Kecurangan ini meliputi kode-kode atau sandi-sandi tertentu dengan menggunakan bahasa tubuh. Antara lain jari tangah, kedipan mata, goyangan kaki, garukan kepala, dan lain-lain. Semua itu harus kami hafal dalam tanpa dan tanpa menimbulkan kecurigaan lawan tanding.

Setelah sepakat, sepaham, dan siap mental, kami berdua akhirnya mendaftar ikut lomba kepada panitia.

Selanjutnya dimulailah perlombaan. Skenario kami berjalan lancar dan aman. Semua lawan kami singkirkan dengan kecurangan. Sejak babak penyisihan, 16 besar, perdelapan final, semifinal, hingga akhirnya kami maju ke final.

Di final, tentu kami menghadapi lawan berat: mungkin terbaik diantara semua pemain. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 05:30. Rasa kantuk terpaksa kami lupakan dengan fokus pada permainan, diselingi kode-kode kecurangan.

Pada final permainan dilakukan tiga ronde. Ronde pertama kami sengaja mengalah. Namun ronde kedua kami menang. Kedudukan pun imbang menjadi 1:1. Dan akhirnya pada ronde ketiga kami menangkan.

Lawan tak sedikit pun kami beri kesempatan. Statistik permainan hampir 100 persen kami kuasai. Namun semua itu, tentu saja dengan penuh kecurangan.

Selesai perlombaan, tibalah waktu pembagian hadiah. Nama kami berdua dipanggil melalui pengeras suara menuju ke meja panitia.

Saat di meja panitia, mata kami sedikit terbelanga melihat dua kardus mie instan yang diikat tali rapiah. "Terimalah ini hadiah kalian sebagai juara I," ujar panitia.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih. Masing-masing kami mendapat satu kardus. Saat kami angkat, berat kardus diperkirakan diatas 20 KG. Tentu saja kami berpikir ini bukan mie instan 40 bungkus, ini pasti benda lain.

Secepatnya saya dan Muhadi pulang berjalan kami menuju dusun kami yang berjarak kisaran 1,5 KM dari Dusun Arisan Tinggi. Usai menyeberangi Sungai Air Nipis dan masuk jalan setapak menuju dusun kami, saya dan Muhadi berhenti di pinggir jalan.

Kami berdua begitu penasaran dengan hadiah yang diberikan. Tanpa menunggu waktu, kami berdua membuka kardus masing-masing.

Saat kardus terbuka, mata kami spontan terbelalak. Ternyata hadiah adalah sabun cuci batangan merek Sinar Laut--saat itu sabun tersebut adalah yang paling laris.

Saya dan Muhadi mengeluarkan semua hadiah yang kami terima. Total saya dan Muhadi mendapat masing-masing dua lusin (24 batang) sabun cuci Sinar Laut. Wajar beratnya kisaran 20 KG per kardus. Tak ada hadiah lain.

Dengan perasaan senang, kami segera pulang. Setiba di dusun kami, beberapa warga bertanya apa yang kami bawa. Dengan bangga kami menjawab itu adalah hadiah lomba domino juara I.

Juga sesampainya di rumah, orang tua kami tersebut senang melihat hadiah lomba domino yang kami bawa. Tentu saja kedua orang tua kami tidak tahu bahwa kemenangan itu kami dapat dengan kecurangan.

Alhasil, hampir selama satu tahun orang tua saya dan Muhadi tidak membeli sabun cuci Sinar Laut. Hal ini mengingat ukuran sabun cuci itu berkisar panjang 20 CM, lebar 10 CM, dan tinggi 5 CM.

Agar efektif dalam penggunaannya, batangan sabun ini dipotong dua.

Lama penggunaan dalam satu keluarga rata-rata hanya menghabiskan setengah potong dalam sepekan. Ini artinya setahun terdapat 48 pekan. Dan dari dua lusin batangan sabun Sinar Laut setelah dipotong dua baru habis dalam setahun. Setahun kami tak membeli sabun cuci Sinar Laut, hasil menang lomba domino yang penuh kecurangan.********

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun